Seorang pria di China dulu dicap sebagai bocah genius, akan tetapi nasibnya sekarang tidak mulus. Ia menolak untuk bekerja, dan lebih memilih hidup mengandalkan tunjangan orang tua.
Ini kisah Zhang Xinyang. Predikat sebagai si anak ajaib pernah melekat di dirinya. Ia memiliki kemampuan yang luar biasa.
Ketika usianya baru menginjak 2,5 tahun, Zhang mampu membaca lebih dari dua ribu karakter China. Kecerdasannya tidak berhenti di situ saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga tahun setelahnya, ia mulai belajar di sekolah dasar. Di sini Zhang hanya perlu memakan waktu selama satu bulan, sampai akhirnya dia naik ke kelas dua, dilansir detikINET dari Nextshark, Minggu (17/12/2023).
Zhang terus-menerus membuat para guru terkesan. Dengan kegeniusannya, ia kembali mendapatkan akselerasi ke kelas lima dalam waktu enam bulan.
Entah bagaimana cara melakukannya, tetapi orang-orang di China kembali dibuat takjub, karena Zhang masuk universitas pada usia 10 tahun. Kemudian lanjut mengejar gelar Ph.D pada usia 16 tahun, dan mencetak rekor sebagai mahasiswa doktoral termuda di negaranya.
Namun sayang, meski sukses secara akademis, tapi perjalanan karirnya tidak manis. Sekarang di usianya yang ke-28 tahun, Zhang malah menganggur.
Tepatnya dia dengan sengaja keluar dari pekerjaannya pada Agustus 2021. Saat itu ia menjadi seorang pengajar di Universitas Ningxia.
Meski sempat mengumpulkan uang hingga 50 ribu yuan atau sekitar Rp 109 juta, Zhang menyatakan kalau semua itu sudah habis. Sekarang ia hanya mengerjakan beberapa proyek bersama teman-temannya.
Berbicara soal memenuhi kebutuhan sehari-hari, Zhang mengaku menggunakan uang saku yang dikirim orang tuanya. Ia secara teratur menerima 10 ribu yuan atau sekitar Rp 21,8 juta per dua hingga tiga bulan. Ditambah 2.200 yuan atau sekitar Rp 4,7 juta, untuk membayar sewa tempat tinggalnya setiap bulan.
"Saya sangat bahagia dengan hidup saya saat ini, dan saya tidak mempunyai banyak keinginan. Jika saya benar-benar membutuhkan sesuatu, yang perlu saya lakukan hanyalah menelepon ayah saya," katanya.
Zhang bercerita, kalau orang tuanya masih berhutang sebuah apartemen di Beijing kepadanya. Harga tempat tinggal itu sekarang lebih dari 10 juta yuan atau sekitar Rp 21,8 miliar.
"Dari sudut pandang ini, selama pengeluaran saya di bawah 10 juta yuan, saya dapat melakukan apapun yang saya inginkan," tambahnya.
Jadi hutang orang tuanya itu terjadi saat Zhang ingin mengejar gelar Ph.D. Ia memberikan ultimatum tidak akan melanjutkan pendidikannya, bila keinginannya untuk dibelikan apartemen tidak dipenuhi.
Permintaannya terjadi pada tahun 2011. Dulu unit apartemennya masih senilai dua juta yuan, tapi sekarang harganya sudah meningkat. Orang tuanya hanya mampu menyewakan apartemen sehingga karena tidak dibelikan, Zhang menilai orang tuanya masih berhutang padanya.
"Ketika saya datang ke Beijing dan Tianjin ketika saya berusia 10 tahun, saya dapat merasakan perbedaan yang kuat antara saya dan anak-anak setempat. Jika anda bahkan tidak memiliki rumah di Beijing, apa gunanya gelar Ph.D.?," terangnya.
Zhang mengungkapkan kepuasannya dengan keadaannya saat ini. Menurutnya, ia bisa menekan pengeluarannya dengan mengonsumsi makanan kadaluarsa, dan hanya membeli sayur-sayuran.
Dia bilang, mencapai kebebasan finansial dengan cara bekerja untuk orang lain merupakan sebuah lelucon. Mungkin ini alasannya tidak bekerja.
"Jika anda hanya duduk-duduk dan tidak melakukan apa pun, anda bisa menjalani hidup bahagia. Namun, jika anda memulai bisnis dengan gegabah, anda bisa dengan mudah kehilangan segalanya. Saya cukup puas dengan keadaan saya saat ini. Tidak ada pekerjaan, tidak ada stres," pungkasnya.
(hps/fyk)