Militer Israel terus bertindak brutal dalam intensitas pemboman mereka di Jalur Gaza, membunuh belasan ribu orang Palestina tak bersalah. Dilaporkan, untuk memilih target di Gaza, IDF atau Israel Defence Forces memanfaatkan kecerdasan buatan atau AI.
Israel melanjutkan serangannya setelah gencatan senjata selama tujuh hari, meskipun tekanan dunia internasional makin keras. Mereka tidak peduli dan menurut kementerian kesehatan di Gaza, sejauh ini serangan Israel menewaskan lebih dari 15.000 orang.
Dikutip detikINET dari Insider, Minggu (3/12/2023) militer Israel mengatakan bahwa dalam beberapa jam setelah selesainya gencatan senjata, mereka telah menyerang lebih dari 200 sasaran di Jalur Gaza.
IDF rupanya mengandalkan sistem kecerdasan buatan untuk membantu menentukan area Gaza yang dibom. Ini adalah bagian dari operasi yang dikenal sebagai 'pabrik target'. Dengan AI, target serangan militer Israel melonjak lebih dari 70.000 persen sejak sistem ini pertama kali berfungsi beberapa tahun lalu.
'Pabrik target', atau lebih resminya Direktorat Penargetan mulai beroperasi tahun 2019 untuk menemukan dan mengidentifikasi lebih banyak target Hamas di Jalur Gaza. Mereka bekerja dengan unit intelijen lain di militer Israel untuk menemukan sasaran sehingga serangan dapat digelar.
Menurut IDF, sistem AI dengan cepat menghasilkan target yang direkomendasikan, melampaui apa yang mungkin disarankan oleh manusia. Pejabat IDF mengklaim bahwa unit tersebut mengandalkan standar tinggi menentukan target.
"Kami tidak mengkompromikan kualitas intelijen dan menghasilkan target untuk serangan yang tepat terhadap infrastruktur yang terkait dengan Hamas, sehingga menimbulkan kerusakan besar pada musuh dan kerugian minimal bagi yang tidak terlibat," kata pejabat senior IDF.
Sebelum sistem AI ini mulai beroperasi, Israel dapat menentukan 50 target di Gaza dalam setahun. Begitu sistem AI diaktifkan selama Operation Guardian of the Walls pada tahun 2021, sistem tersebut menghasilkan 100 target dalam satu hari yang setengahnya akan diserang.
Sistem AI itu membuat rekomendasi untuk menargetkan rumah atau daerah di mana pejuang Hamas mungkin tinggal, yang kemudian dapat diserang dari udara. Sumber juga mengatakan bahwa militer Israel mengetahui sebelumnya berapa banyak warga sipil yang mungkin terbunuh dalam serangan.
Seorang mantan perwira intelijen Israel mengatakan sistem ini menciptakan 'pabrik pembunuhan massal', dengan penekanan pada kuantitas dan bukan kualitas. Israel pun terus saja membunuh banyak warga Palestina dalam serangannya, meski telah dibantu AI.
Simak Video "Video: Tangis Warga Gaza Kehilangan Keluarga-Kerabat saat Digempur Israel"
(fyk/fay)