Sebuah laporan mengungkap penyebab Israel mengapa gagal mendeteksi serangan awal Hamas di awal Oktober silam. Kegagalan ini kabarnya disebabkan berhentinya Israel dalam memantau komunikasi radio Hamas.
Laporan tersebut berasal dari The New York Times yang berisi pemberitaan bahwa Mossad berhenti memantau radio komunikasi Hamas dengan alasan buang-buang waktu, seperti dilansir detikINET dari Insider, Selasa (31/10/2023).
Dalam laporan tersebut juga tertulis bahwa Israel sebenarnya menyadari ada peningkatan aktivitas Hamas di Gaza pada malam sebelum serangan. Namun, Israel tidak bisa menentukan apakah Hamas hanya latihan perang biasa atau merencanakan serangan. Ternyata yang kedua yang terjadi.
Terungkap pada keesokan harinya, di 7 Oktober, bahwa Hamas melakukan rangkaian serangan kepada Israel. Dari serangan tersebut, korban di pihak Israel mencapai 1.400 nyawa dengan 239 tawanan yang diculik Hamas menurut klaim Israel.
Beberapa minggu sebelum serangan, Israel juga sempat memantau saluran komunikasi swasta yang digunakan Hamas. Hasil pantauan tersebut adalah klaim bahwa Hamas tidak siap untuk melakukan serangan. Lagi-lagi, kesimpulan itu salah.
Sebelumnya diberitakan, Kelompok kecil Hamas merancang serangan mengejutkan itu selama 2 tahun, dengan komunikasi melalui telepon kabel yang dibangun di terowongan di bawah Gaza. Jaringan telepon di terowongan itu membuat Hamas bisa saling berkomunikasi secara rahasia dan tak bisa dilacak Israel maupun AS.
Mereka rupanya sengaja menghindari penggunaan ponsel atau komputer dalam komunikasi, untuk menghindari deteksi dari intelijen AS maupun Israel.
"Tidak ada banyak diskusi dan koordinasi di luar area itu," cetus seorang sumber. Selain dengan telepon kabel, Hamas juga berdiskusi secara fisik untuk menghindari pemantauan.
Menurut sumber, sel kecil Hamas menunggu hingga tepat sebelum serangan dilancarkan dalam memberitahu kelompok pejuang di atas terowongan untuk melaksanakan operasi khusus ke Israel. Kelompok di atas dilatih berbulan-bulan dan selalu dalam kondisi siap, tapi mereka baru diberitahu tentang rencana spesifik menjelang operasi.
*Artikel ini ditulis oleh Argya D. Maheswara, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(fyk/fyk)