Hamas paham mereka tidak bisa menandingi kekuatan militer Israel di darat, udara maupun lautan. Itulah salah satu pemicu mereka membangun terowongan masif di bawah Jalur Gaza, baik untuk markas maupun untuk menyerang teritori Israel.
Kelompok militan Palestina telah membuat terowongan sejak lama untuk menghindari pemantauan Israel. Ratusan terowongan dibangun di bawah perbatasan Mesir usai ditutup tahun 1981, untuk menyelundupkan barang sampai senjata.
Mesir akhirnya berusaha menghancurkan terowongan itu, misalnya dengan membanjirinya. Namun terowongan itu terus dibangun, apalagi setelah Gaza diblokade pada tahun 2007.
"Komplek bawah tanah itu cukup mirip dengan konsep terowongan Vietkong yang digali di bawah hutan Vietnam, meskipun kualitasnya lebih baik, dengan tembok beton dan atap, listrik serta perlengkapan untuk tinggal lama," kata Eado Hect, analis perang bawah tanah Israel.
Pada tahun 2013, ditemukan terowongan Hamas di dekat kota Israel setelah warga mendengar suara penggalian. Kualitas dan ukuran terowongan itu, memicu Israel menggelar Operation Protective Edge di tahun 2014, yang melacak dan menghancurkan terowongan di perbatasan Gaza yang mengarah ke Israel.
Sejak saat itu, Israel menghabiskan miliaran dolar menambahkan pembatas beton dengan sensor-sensor canggih di pagar perbatasan Gaza. Namun memang radar bawah tanah dan sensor getaran terbatas teknologinya.
Diyakini, paling mentok alat semacam itu mencapai kedalaman tak lebih dari 20 meter. Padahal terowongan Hamas ada yang kedalamannya sampai 30 meter, bahkan yang terdalam dan pernah ditemukan militer Israel adalah 70 meter.
Jika invasi darat benar-benar dilakukan oleh Israel, mereka harus menjinakkan terowongan tersebut. Mungkin Israel akan mengerahkan drone dan peralatan robotika untuk memantau terowongan itu sebelum melakukan serangan.
Sejak kejadian tahun 2014 itu, memang Israel telah bereksperimen dengan berbagai macam teknologi untuk menjinakkan terowongan Hamas, termasuk dengan bantuan USD 40 juta dari militer AS dalam pengembangan teknologinya.
Israel juga punya pasukan khusus yang misi utamanya menjinakkan terowongan Hamas. "Prospeknya jauh lebih baik daripada di 2014 meski saya harus menegaskan, ini tidak akan mudah," cetus Harel Chorev, periset senior di Tel Aviv University yang dikutip detikINET dari CBC, Senin (23/10/2023).
"Fase ini akan sangat merugikan terkait nyawa tentara Israel karena pejuang Hamas di bawah tanah punya akses untuk menyerang mereka, dengan cara yang sama yang dilakukan kelompok Islamic State di Mosul ketika mereka menimbulkan kerugian besar pada tentara Irak," kata Clive Williams, veteran Perang Vietnam dari Australia.
Simak Video "Video: Israel Serang Markas Media Lokal Palestina, Tewaskan 1 Jurnalis"
(fyk/fay)