Foto Satelit Before After Gaza Gelap Gulita, Listrik Diputus Israel
Hide Ads

Foto Satelit Before After Gaza Gelap Gulita, Listrik Diputus Israel

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 20 Okt 2023 14:46 WIB
Citra satelit di Gaza
Foto before after pemadaman listrik di Gaza. Foto: Global Times
Jakarta -

Israel memutus listrik di Gaza sehingga daerah itu dinaungi kegelapan. Menurut citra satelit baru International Research Center of Big Data for Sustainable Development Goals(SDG Center), Jalur Gaza yang merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia, banyak areanya berada dalam gulita.

Situasi ini kontras dengan kondisi malam hari yang sebelumnya terang benderang di wilayah tersebut. Sejak militer Israel mengumumkan pemutusan pasokan air dan listrik ke Jalur Gaza dan menerapkan blokade, krisis kemanusiaan di Gaza memburuk.

Jalur Gaza berukuran panjang 41 kilometer dan lebar 6 hingga 12 kilometer. Lebih dari 2 juta orang, sebagian besar warga Palestina, tinggal di lahan seluas sekitar 365 kilometer persegi, menjadikannya salah satu wilayah terpadat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gambar satelit jalur Gaza yang diambil sekitar pukul 10 malam waktu setempat di 14 September menggunakan instrumen pencitraan cahaya redup dari satelit SDG Center milik China, menunjukkan sebelum konflik Israel dan Hamas, wilayah itu cukup terang dan mencerminkan tingginya kepadatan.

Dua pertiga pasokan listrik di Jalur Gaza berasal dari Israel. Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kemudian harus ditutup karena kekurangan bahan bakar setelah Israel mengumumkan blokade total. Akibatnya, Gaza mengalami pemadaman listrik yang berujung pada krisis kemanusiaan.

ADVERTISEMENT

Seperti dikutip detikINET dari Global Times, Jumat (20/11/2023) citra satelit baru mengungkap bahwa setelah pemadaman listrik total, Jalur Gaza hampir gelap gulita di malam hari, dengan hanya beberapa cahaya sporadis.

Adapun satelit dengan pencitraan cahaya rendah memiliki kemampuan untuk mencerminkan perkembangan sosial ekonomi dan standar hidup suatu wilayah dengan mendeteksi intensitas dan distribusi cahaya malam hari.

Saat ini, sebagian besar satelit dengan kemampuan pencitraan cahaya rendah dioperasikan oleh China, AS, dan Israel. Satelit pencitraan cahaya rendah milik AS dan Israel terutama digunakan di bidang militer, pemantauan lingkungan, dan pemetaan.

Sedangkan Sustainable Development Scientific Satellite-1 milik China yang merekam foto di Gaza ini disebut satelit ilmiah pertama yang dirancang khusus untuk memenuhi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah beroperasi di orbit, data satelit ini dibagikan secara global untuk penelitian, khususnya di negara berkembang.




(fyk/fay)