Kabut Asap di New York Gawat, Pegawai Google WFH
Hide Ads

Kabut Asap di New York Gawat, Pegawai Google WFH

Mahendra Lavidavayastama - detikInet
Minggu, 11 Jun 2023 16:02 WIB
FILE PHOTO: The Statue of Liberty is covered in haze and smoke caused by wildfires in Canada, in New York, U.S., June 6, 2023. REUTERS/Amr Alfiky/File Photo
Kabut asap di New York akibat kebakaran hutan di Kanada (Foto: REUTERS/Amr Alfiky)
Jakarta -

Google mengimbau para karyawannya bekerja dari rumah. Ini akibat dari kabut asap kebakaran hutan yang menerjang New York.

Melansir dari New York Post, Minggu (11/6/2023), Google memberlakukan Work From Home (WFH) bagi karyawannya di Kota New York dan daerah pesisir timur lainnya. Kebijakan itu datang setelah Departemen Konservasi Lingkungan Negara Bagian New York, mengatakan jika kualitas udara di kota 'Big Apple' tidak sehat.

Himbauan kebakaran keluar di hari yang sama dengan pemberitahuan seluruh perusahaan dari bos SDM Google, Fiona Cicconi, yang dengan tegas akan memperketat kebijakan kehadiran di kantor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kondisi normal, karyawan Google akan bekerja di kantor tiga hari dalam seminggu. Cicconi akan menyetujui pekerjaan jarak jauh permanen di masa mendatang, serta menghimbau pekerja jarak jauh untuk mempertimbangkan datang ke kantor.

Imbauan kebakaran tersebut dikirim ke seluruh karyawan Google yang berlokasi di kantor sekitar area Detroit, Washington DC, Reston di Virginia, New York City, Pittsburgh dan Raleigh-Durham di North Carolina, serta di Kanada yaitu Kota Toronto dan Waterloo.

ADVERTISEMENT

Tidak diketahui pasti sampai kapan kebijakan WFH diberlakukan. Anjuran Kesehatan Kualitas Udara masih berlaku untuk wilayah New York menurut Departemen Konservasi Lingkungan Negara Bagian New York.

Perlu diketahui jika langit di New York berubah menjadi jingga sejak Rabu imbas kebakaran hutan di Kanada. Walikota setempat mengimbau penduduk untuk tetap di rumah dengan jendela tertutup.

Kota New York memiliki indeks kualitas udara 183 Kamis pagi, menjadi yang terburuk dari kota besar manapun di dunia. Sempat meningkat hingga 405 dari 500, yang artinya sudah masuk ke tingkat berbahaya menurut Badan Perlindungan Lingkungan.

*Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(fay/fay)