Heboh video 61 detik mirip Nagita Slavina yang kemudian dikonfirmasi pihak berwenang sebagai sebuah hasil editan. Jelas isu ini meresahkan, karena akibat video tersebut ada sebagian orang yang percaya itu adalah kebenaran.
Di Korea Selatan, sejumlah artis juga pernah dilanda pengalaman tidak menyenangkan terkait video seks yang palsu. Mereka menjadi sasaran penjahat yang memanfaatkan teknologi deepfake.
Sebuah studi dari Deeptrace Labs, sebuah perusahaan cybersecurity yang mendeteksi dan memonitor video deepfake, mengungkap bahwa politik adalah isu kecil sedangkan ancaman nyata lebih kepada wanita di berbagai belahan dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Facebook Bisa Telusuri Sumber Video Deepfake |
Menurut hasil studi, 96% deepfake di internet adalah video porno tanpa konsensus, dengan kata lain video ini dirilis tanpa izin dari pihak wanita. Subjek wanita dari deepfake pornografi adalah 41% aktris Inggris atau Amerika, hampir 25% adalah musisi atau penyanyi K-Pop.
Henry Ajder, kepala analisis penelitian untuk Deeptrace Labs berpendapat bahwa representasi berlebihan dari musisi K-pop menunjukkan jangkauan deepfake yang semakin 'global'. Deepfake K-pop pun pernah disebut sebagai 'tren awal' dalam AI, dan paling sering meskipun tidak selalu digunakan untuk deepfake pornografi, sebagaimana ditulis Rolling Stones.
Menariknya, kata Ajder, data menunjukkan bahwa mayoritas pengguna di forum online yang menghasilkan deepfake bukan dari Korea Selatan, tetapi China, yang menjadi tuan rumah salah satu pasar K-pop terbesar di dunia. Ini terlepas dari hubungan diplomatik antara kedua negara yang tegang dalam beberapa tahun terakhir, dengan artis-artis besar Korea yang tak lagi dapat tampil di China sejak 2016.
Parahnya lagi, salah satu situs secara eksklusif melayani penonton pornografi deepfake dengan menampilkan wajah idol K-Pop wanita di halaman tersebut. Mereka bahkan memberi peringkat berdasarkan popularitas penayangan sebagaimana dilansir detiKINET dari Koreaboo, Senin (17/1/2022).
Video-video tersebut tidak hanya sangat melanggar hak asasi manusia dan dapat dianggap sebagai bentuk pelecehan seksual. Video-video ini juga sering dijual sebagai bayar per-tayang, di mana pembuatnya mengambil untung dari gambar para idol K-Pop tersebut. Tambah ngeri, video-video itu juga tersebar secara terbuka di media sosial seperti Twitter.
*Anda kini bisa cek harga dan perbandingan smartphone terbaru di detikINET. Silakan klik DI SINI.
(ask/fay)