62% Gamer Muda Mengaku Alami Pelecehan di Game Online
Hide Ads

62% Gamer Muda Mengaku Alami Pelecehan di Game Online

Panji Saputro - detikInet
Selasa, 26 Okt 2021 14:45 WIB
Ilustrasi Esports
62% Gamer Muda Mengaku Mengalami Pelecehan di Game Online (Foto: Unsplash/RRQ)
Jakarta -

Anti Defamation League (ADL), organisasi anti kebencian dunia, mengungkapkan sebuah penelitian, di mana 62% gamer muda pernah mengalami pelecehan saat bermain game online. Persentase tersebut mewakili lebih dari 14 juta anak-anak muda.

Dalam rentang usia 13 hingga 17 tahun, mereka lebih sering mengalaminya pada game shooter multiplayer dan Multiplayer Online Battle Arena (MOBA). Sebanyak 89% para pemain menjumpainya di game besutan Riot, yakni Valorant.

Sedangkan urutan paling bawah dialami pada game Rocket League, di mana persentasenya hingga 62%. Setidaknya sebanyak 17 permainan dijadikan acuan bagi ADL, mendapati informasi terkait pelecehan online yang dirasakan gamer muda, seperti dikutip detikINET dari adl.org, Selasa (26/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut daftar Game Online, tempat pelecehan bagi gamer muda usia 13 - 17 tahun.

  • Valorant - 89%
  • Call of Duty - 85%
  • DOTA 2 - 84%
  • Fortnite - 81%
  • Counter Strike Global Offensive - 80%
  • PlayerUnknow's Battlegrounds - 80%
  • Roblox - 79%
  • Grand Theft Auto (GTA) - 78%
  • Apex Legends - 77%
  • Among Us - 76%
  • Overwatch - 75%
  • World of Warcraft - 75%
  • Madden NFL - 68%
  • Minecraft - 67%
  • Clash Royale - 66%
  • League of Legends - 63%
  • Rocket League - 62%

ADL juga menganalisa terkait momen para gamer mendapatkan pelecehan. Sekitar 39% mengaku mendapatinya ketika sedang di dalam permainan melalui voice chat.

ADVERTISEMENT

Lalu 37% mengklaim, menerimanya dari fitur komentar di dalam permainan. Sedangkan 21% lainnya, mengalami ketika di luar match melalui voice dan text chat.

Secara keseluruhan, gamer muda melaporkan bahwa game yang lingkungannya paling tidak bersahabat adalah Valorant, Call of Duty, DOTA 2, PUBG, Fortnite dan League of Legends. Sehingga kebanyakan pemain, lebih berhati hati atau memilih berhenti memainkan masing-masing judul tersebut.

Organisasi ini menerbitkan studi, sehubungan dengan pelecehan berkelanjutan yang dihadapi oleh game online di Amerika Serikat, selama tiga tahun berturut-turut. Mereka pun membuat beberapa rekomendasi, termasuk meminta perusahaan game agar meningkatkan upaya memerangi kebencian dan pelecehan di antara pemain.




(hps/fay)