Netizen Berkontribusi Besar Dalam Mundurnya Rektor UI dari Komisaris BRI
Hide Ads

Netizen Berkontribusi Besar Dalam Mundurnya Rektor UI dari Komisaris BRI

Aisyah Kamaliah - detikInet
Jumat, 23 Jul 2021 08:45 WIB
Ilustrasi Kampus UI, Depok
Netizen dinilai berkontribusi besar dalam mundurnya Rektor UI dari rangkap jabatan. Foto: Grandyos Zafna/detikFOTO
Jakarta -

Rektor UI mundur dari komisaris BRI dinilai pakar sebagai salah satu efek dari kontribusi netizen. Di era pandemi di mana semua orang bergantung pada para cendekiawan, insiden ini dinilai membuat publik merasa sangat kecewa karena aturan yang menyeret ke ranah institusi pendidikan.

Hariqo Satria Pengamat Media Sosial dari Komunikonten membagikan pandangannya kepada detikINET.

"Sejak lama kepercayaan terhadap dosen, guru, akademisi itu tinggi di masyarakat. Saat virus corona ditemukan, kepercayaan pada ilmuwan semakin tinggi, sepanjang 2020 berbagai survei di dalam dan luar negeri juga menempatkan ilmuwan (scientist) sebagai golongan yang paling dipercaya masyarakat. Nah Rektor UI ini akademisi, ilmuwan namun terlihat seperti mengakali aturan, ini melahirkan gelombang ketidakpercayaan yang luar biasa," jelasnya melalui pesan singkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hariqo, wajar jika akhirnya Ini menjadi pemicu lahirnya aneka konten emosional yang diproduksi netizen, salah satu yang terpopuler 'Rektor UI Kena COVID, virusnya yang Isoman'. Humor seperti ini cepat sekali menyebar, tak hanya membuat orang tertawa tetapi juga geram, malu.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi penting mencatat bahwa apa yang dilakukan netizen bukan sekadar tulisan belaka karena efeknya besar, ditambah lagi bukan satu dua orang saja yang menuliskan kekecewaan mereka. Hariqo setuju dengan anggapan power netizen itu luar biasa dan netizen berkontribusi besar dalam mundurnya Rektor UI ini. CEO Global Influencer School ini turut mengapresiasi seluruh netizen yang memilih bersikap ketimbang netral dalam kasus Statuta UI.

"Siapa yang diuntungkan? ya negara, para netizen menyelamatkan muka NKRI di dunia internasional. Ini kasus yang berpotensi mencoreng citra ilmuwan. Sadar atau tidak sadar saat ini kita bukan saja warga NKRI tapi juga warganet, warga global," tandasnya.




(ask/afr)