Ngeri, Marak Perusahaan Intai Karyawan Pakai Software Khusus
Hide Ads

Ngeri, Marak Perusahaan Intai Karyawan Pakai Software Khusus

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 21 Jun 2021 20:00 WIB
FORT LAUDERDALE, FL - MARCH 07:  Lt. Mike Baute from Floridas Child Predator CyberCrime Unit talks with people on instant messenger during the unveiling of a new CyberCrimes office March 7, 2008 in Fort Lauderdale, Florida. One of the people on the other side of the chat told Lt. Baute, who is saying he is a 14-year-old girl, that he is a 31-year-old male and sent him a photograph of himself. According to current statistics, more than 77 million children regularly use the Internet. The Federal Internet Crimes Against Children Task Force says Florida ranks fourth in the nation in volume of child pornography. Nationally, one in seven children between the ages of 10 and 17 have been solicited online by a sexual predator.  (Photo by Joe Raedle/Getty Images)
Ilustrasi. Foto: Gettyimages
Beijing -

Di China belakangan marak perusahaan teknologi yang mengawasi karyawan di kantor dengan software secara ketat. Bahkan jika ketahuan melakukan hal lain selama jam kerja, mereka akan diperingatkan.

Salah satunya dialami Jiang Yi, mantan karyawan sebuah perusahaan teknologi menengah di Beijing. Kepada Nikkei, dia mengaku dari hari pertama kerja diawasi oleh software bernama DiSanZhiYan atau mata ketiga.

"Tiap hari saya kerja 12 sampai 16 jam menulis kode. Saya sudah sangat lelah ketika bos saya datang dengan melambaikan kertas dan bertanya kenapa saya menonton dua video dan tidak bekerja," kata dia seperti yang dikutip detikINET dari Insider.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rupanya software itu dapat mengawasi pemakaian internet dan waktu idle. Malah bisa lebih canggih lagi, software DiSanZhiYan dapat langsung menyalakan ping jika karyawan ketahuan melihat video atau aktivitas lain misalnya mencari lowongan kerja.

"Sistem ini bikin karyawan cemas. Mereka diawasi sepanjang waktu. Padahal kerja 996 sudah cukup menyedihkan," kata Jiang, merujuk pada sistem kerja dari jam sembilan pagi sampai sembilan malam selama enam hari yang membudaya di perusahaan teknologi China.

ADVERTISEMENT

Pembuat software tersebut mengklaim produknya sangat powerful dan stabil, bisa digunakan untuk pengawasan berbagai bentuk. Sedangkan kliennya sudah ribuan, dari lembaga pemerintah sampai perusahaan-perusahaan teknologi.

Sistem semacam ini bukan hal baru di China, namun dicemaskan semakin lama semakin ketat dan melanggar batas. Jia Kai selaku profesor University of Electronic Science and Technology menyatakan sistem tersebut padahal tidak sempurna dan tidak dapat memperhitungkan faktor tertentu.

"Contohnya saja, jika seorang pekerja perusahaan teknologi hari ini demam, apakah program itu bisa mendeteksinya sehingga memberikan lebih banyak waktu agar dia dapat menyelesaikan pekerjaannya? Jawabannya tidak," kata dia.




(fyk/rns)