Kalau Tidak Ada COVID-19, Bisa Jadi Wabah Ini yang Muncul
Hide Ads

Kalau Tidak Ada COVID-19, Bisa Jadi Wabah Ini yang Muncul

Aisyah Kamaliah - detikInet
Senin, 15 Mar 2021 18:45 WIB
ilustrasi sakit
Kalau Tidak Ada COVID-19, Bisa Jadi Wabah Ini yang Muncul. Foto: iStock
Jakarta -

Pandemi COVID-19 meninggalkan duka mendalam, banyak orang harus berpulang karenanya. Mereka biasa siapa saja, orang tua, adik, kakak, atau teman-teman tercinta.

Tapi karena pandemi juga, wabah lumpuh misterius batal menyebar. Penyakit ini adalah acute flaccid myelitis (AFM). Penyakit saraf mirip polio ini menyerang khususnya anak-anak, menyebabkan kelemahan otot dan, dalam beberapa kasus, kelumpuhan permanen bahkan kematian.

Selama beberapa dekade, kasus AFM sangat jarang, tetapi dalam beberapa tahun terakhir wabah yang lebih besar di seluruh Amerika Serikat dan di tempat lain telah terjadi. Hal ini tampaknya berulang setiap dua tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah badan penelitian sebelumnya telah mengaitkan AFM dengan virus langka yang disebut enterovirus D68 (EV-D68). Meskipun belum diketahui bagaimana virus memanifestasikan gejala penyakit AFM.

Dalam penelitian baru, tim yang dipimpin oleh pemodel penyakit menular Sang Woo Park dari Princeton University melacak pola kasus EV-D68 antara 2014-2019. Terlihat virus menunjukkan kebangkitan yang signifikan pada tahun genap (2014, 2016, dan 2018) yang dianggap terkait dengan faktor berbasis iklim. Data pun memprediksi tahun 2020, penyakit ini akan datang lagi pada 2020.

ADVERTISEMENT

"Kami memperkirakan bahwa wabah EV-D68 besar, dan karenanya wabah AFM, masih mungkin terjadi pada tahun 2020 di bawah kondisi epidemiologi normal," kata para peneliti dalam penelitian mereka.

Namun ternyata, melansir Science Alert, Kamis (15/3/2021) ketika dunia bersusah payah melawan kondisi epidemiologis tahun 2020 yang sama sekali tidak biasa, serangan wabah dari EV-D68 dan AFM tidak pernah datang.

Di Amerika Serikat, negara dengan kasus COVID-19 yang jauh lebih banyak daripada yang lain, efek gabungan dari kebijakan social distancing, karantina dan isolasi, serta upaya lainnya nampaknya tidak hanya mengurangi penyebaran SARS-CoV-2 tetapi EV-D68 juga.

"Analisis awal kami menunjukkan bahwa respons pandemi COVID-19 kemungkinan telah memengaruhi dinamika wabah EV-D68 2020," tulis peneliti.

Menurut peneliti, ada 153 kasus AFM pada 2016 dan 238 kasus pada 2018, tetapi hanya 31 kasus pada 2020. Penemuan ini dilaporkan dalam Science Translational Medicine.




(ask/fay)