.webp)
Belajar online membuat murid dan guru minim interaksi. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan Virtual Reality (VR) supaya kegiatan di kelas lebih banyak gerak dan tentunya semakin menyenangkan untuk diikuti.
Jane Ross STEAM Coach dalam acara Visual EdTech Conference 'DisruptED 2021: (BC) Before Corona to After Disease (AD)' dari Sampoerna University, Jumat (5/2/2021), menjelaskan bahwa dirinya sudah sering menggunakan VR dalam kegiatan belajar mengajar.
"Karena ingin meningkatkan kualitas belajar online karena sudah hampir satu tahun belajar online kan, dan siswa melaporkan mereka kurang sosial. Dengan VR, guru bisa bertemu di dalam ruangan virtual bersama. Kalau zoom ngomongnya bergantian jadi kaku, ini untuk membuka itu," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jane mengaku sering melakukan kegiatan interaktif bersama murid. Sebisa mungkin murid bisa menggerakkan badan dan tangan sehingga kegiatan belajar tidak monoton.
"Paling banyak digunakan di sekolah tinggi itu zoom, karena orangtua maunya anak belajar langsung meski di tempat kami agak sedikit susah karena time zone-nya berbeda, gurunya di mana-mana. Ada yang langsung, ada yang synchronized, kebanyakan pakai zoom. Intinya, bukan pakai alatnya bermacam-macam tapi metode yang harus difokuskan," jelasnya.
Untuk VR sendiri, Jane menyarankan penggunaannya dilakukan untuk anak-anak yang berusia di atas kelas 4 SD sehingga lebih efektif dan membuat mereka nyaman. Waktu juga harus diperhatikan, sebisa mungkin dibuat singkat misalnya dengan durasi 15 menit.
"Semua yang peralatan seperti ini butuh batas dan waktu, dewasa pun harus ingat waktu. Screen time yang ini memang beda dengan layar komputer," ujarnya.
Jane Ross akan mengisi acara DisruptED 2021 dengan tema 'Pengembangan Konten untuk VR (Oculus Quest) - Langkah Pertama'. Sesinya akan dijalankan pada Minggu, 7 Februari 2021 pukul 10.00 hingga 11.00. Ini adalah kali kedua bagi Jane untuk berbagi pengalamannya memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran.
(ask/ask)
