Bikin Mobil Otonom Lebih Sulit dari Luncurkan Roket ke Luar Angkasa
Hide Ads

Bikin Mobil Otonom Lebih Sulit dari Luncurkan Roket ke Luar Angkasa

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Rabu, 06 Jan 2021 12:10 WIB
DETROIT, MI - JANUARY 8: John Krafcik, CEO of Waymo, debuts a customized Chrysler Pacifica Hybrid that will be used for Googles autonomous vehicle program at the 2017 North American International Auto Show on January 8, 2017 in Detroit, Michigan.  Approximately 5000 journalists from around the world and nearly 800,000 people are expected to attend the NAIAS between January 8th and January 22nd to see the more than 750 vehicles and numerous interactive displays. (Photo by Bill Pugliano/Getty Images)
Mobil otonom Waymo. Foto: Bill Pugliano/Getty Images
Jakarta -

Meluncurkan roket ke luar angkasa bagi sebagian orang mungkin terlihat sebagai hal yang sangat sulit. Namun menurut CEO Waymo John Krafcik, membuat mobil otonom baginya jauh lebih sulit.

Sebagai informasi, Waymo adalah perusahaan pembuat mobil otonom yang sebelumnya adalah bagian dari Google. Namun kini mereka sudah melepaskan diri dari induknya itu.

Dalam sebuah wawancara, Krafcik baru-baru ini mengakui kalau proses pengembangan mobil otonom adalah hal yang sangat sulit. Bahkan lebih sulit dari meluncurkan roket ke luar angkasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tantangannya lebih besar dibanding meluncurkan roket dan memposisikannya di orbit di sekeliling bumi. Masalahnya (mobil otonom), harus dipastikan keamanannya secara terus menerus," ujar Krafcik.

Sementara untuk roket, menurut Krafcik, hanya perlu diamankan sekali saja. Yaitu saat roket itu membawa manusia di dalamnya, demikian dikutip detikINET dari The Next Web, Rabu (6/1/2021).

ADVERTISEMENT

Mungkin yang dikatakan oleh Krafcik ini ada benarnya jika melihat Elon Musk sebagai contoh. Musk bisa dikatakan lebih sukses lewat SpaceX dibanding menepati janjinya dalam membuat mobil otonom lewat Tesla.

Beberapa tahun lalu, Musk pernah sesumbar kalau Tesla akan punya sejuta mobil otonom di jalanan pada 2020, alias tahun lalu. Namun sampai saat ini pernyataannya itu belum terwujud.

Contoh lainnya adalah Uber, yang sering menggembor-gemborkan potensi mobil otonom sebagai taksi. Namun pada akhirnya Uber menjual divisi taksi otonomnya ke Aurora, perusahaan pesaing mereka.

Padahal Uber sudah menyuntikkan lebih dari USD 20 juta setiap bulannya untuk mengembangkan mobil otonom.




(asj/fay)