Kisah Petani Blitar Go Digital, Jual Sayur Pakai Aplikasi
Hide Ads

Berkebun Digital

Kisah Petani Blitar Go Digital, Jual Sayur Pakai Aplikasi

Erliana Riady - detikInet
Minggu, 04 Okt 2020 18:11 WIB
Jualan Online Sayur - Blitar
Aplikasi Super Fresh dari petani Blitar (Fitraya Ramadhanny/detikcom)
Blitar -

Jualan hasil pertanian juga butuh inovasi. Petani bisa go digital, bikin aplikasi, website dan promosi lewat Instagram. Inilah kisah inspiratif dari Blitar.

Ahmad Khoirudin, warga Dusun Koripan, Desa Banggle, Kecamatan Kanigoro, Blitar harus memutar otak ketika cabai dan terong hasil panen lahannya terbuang. Permintaan di pasar tradisional terjun bebas, dampak pandemi COVID-19 yang membatasi ruang gerak konsumen.

Petani berusia 28 tahun ini merasa sedih, melihat tanaman cabai dibiarkan membusuk di lahan karena harga di pasar hanya Rp 1.000 per kilogram. Padahal untuk memanen, dibutuhkan biaya bagi pemetik dan ongkos transportasi menuju ke pasar di kota terdekat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu terjadi awal pandemi. Sekitar bulan April itu puncaknya para petani, termasuk bapak saya nasibnya merana. Hasil panen sawah dan pekarangan nggak laku dijual di pasar. Padahal saya lihat di mall, harganya sangat tinggi hanya karena dikemas dengan cantik," kata Udin mengawali cerita kepada detikcom, Minggu (4/10/2020).

Petani yang merupakan Sarjana Pendidikan Agama Islam ini pun kemudian berselancar di dunia maya. Dia menemukan, banyak aplikasi online yang menjual sayuran dan buah di luar kota.

ADVERTISEMENT

"Saya berkeyakinan kalau di kota sudah ada, pasti akan merembet ke desa. Lalu saya buat web kerja sama dengan teman untuk membuat aplikasi online," jelasnya.

Jualan Online Sayur - BlitarSayur Super Fresh siap dikemas Foto: (Erliana Riady/detikcom)

Aplikasinya diberi nama Super Fresh - Dijamin Fresh dan tersedia di Google Play. Ahmad juga mempromosikan sayurnya lewat Instagram dengan akun Superfreshcom.

Udin memilih nama itu, juga belajar dari bergesernya pola konsumsi masyarakat, terutama segmen menengah ke atas. Mereka lebih suka berbelanja produk sehat ketika Corona menjadi wabah. Sesuai namanya, produk pertama yang ditawarkan Udin adalah cabai dan terong hasil panen lahannya sendiri. Keluarganya yang petani, memakai sistem pertanian organik untuk semua jenis tanaman, utamanya sayur mayur.

Selanjutnya: bisnis berkembang...

Memberdayakan para petani sebagai suplier

Lama kelamaan, respon netizen pun mulai bertambah. Ada yang memesan buah lokal maupun impor. Begitu juga dengan sayur mayur yang jarang ditemui ditanam petani di Blitar. Udin melebarkan sayap, membeli langsung sayur mayur ke petani di wilayah Batu dan Probolinggo. Seperti brokoli, kentang, buncis dan wortel. Pun dengan pesanan buah impor seperti anggur dan apel, atau buah lokal yang banyak dipesan seperti salak dan jeruk.

"Prioritas saya tetap hasil panen tetangga-tetangga petani. Karena makin banyak pesanan, saya tidak berani menjamin semua organik. Namun saya punya treatmen agar sayur dan buah itu luntur kandungan pestisidanya. Ada caranya tersendiri. Saya hanya jamin, buah dan sayur yang dipesan kondisinya fresh dan sehat," ungkapnya.

Tak hanya kualitas produk yang dia utamakan. Karena menyasar segmen menengah ke atas, packaging pun sangat diperhatikan. Agar aman dan tetap segar selama perjalanan diantar ke pelanggan, Udin mengemasnya ke dalam sebuah kardus. Tak hanya barang yang dipesan, namun ada beragam paket berisi sayur dan buah yang bisa dipilih para pelanggan.

"Pelanggan saya kebanyakan pejabat, kantor pemerintahan dan pemilik usaha. Dalam seminggu, rata-rata 25 sampai 30 pelanggan. Makin ke sini makin bagus animo masyarakat Blitar," jelas mahasiswa yang lagi menempuh S2 Magister Manajemen Pemasaran di Surabaya ini.

Soal harga, Udin memastikan jauh lebih murah dari harga di mall. Walaupun memang lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar tradisional. Ini karena kualitas sayuran dan buah dijamin segar, ada ongkos packaging dan ongkos kirim.

"Untuk servis, biasanya Jumat, Sabtu dan Minggu free ongkir. Namun ada batas minimal pemesanan untuk daerah-daerah tertentu di dalam dan luar kota," imbuhnya.

Jualan Online Sayur - BlitarSayuran siap diantar ke pembeli online (Erliana Riady/detikcom)

Selain meraup untung, petani muda ini ingin membagikan semangat kebanggaan sebagai petani. Profesi yang selama ini dipandang banyak anak muda sebelah mata. Udin tidak menyalahkan kondisi saat ini. Petani yang bekerja keras, seharusnya jadi pihak yang paling diuntungkan dan makmur.

Menurut Udin, kehidupan petani di luar negeri terlihat mentereng. Mereka dipandang punya lahan luas dan berpenghasilan tinggi. Kondisi ini sangat berbalik dengan petani di Indonesia. Rantai distribusi hasil panen yang panjang, membuat tengkulak menguasai petani.

"Jualan hasil panen online bisa memangkas biaya distribusi yang sangat tinggi. Saya ingin membuktikan bisa bangga dan kaya jadi petani. Walaupun saya sekolah, kalau ditanya apa kerjaan saya, pasti saya jawab bakul janganan (sayuran) dengan bangga," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(bdh/fay)