.webp)
Elon Musk tentu senang karena performa bisnis Tesla sedang moncer-moncernya, di mana kendaraan listrik ini terus laku keras dan valuasinya sudah melebihi Toyota. Namun demikian, ada rintangan besar yang berpotensi menghambat pertumbuhan pesat Tesla.
Pria kelahiran Afrika Selatan yang juga bos perusahaan antariksa SpaceX ini mendorong perusahaan tambang agar memproduksi lebih banyak nikel, material penting dalam baterai yang digunakan mobil Tesla. Ia memperingatkan bahwa ongkos baterai saat ini tetap menjadi halangan besar bagi kemajuan Tesla.
"Tesla akan memberikan Anda kontrak raksasa untuk periode jangka panjang jika Anda menambang nikel secara efisien dan dengan cara yang sensitif lingkungan," kata Elon Musk seperti dikutip detikINET dari Reuters.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nikel membuat energi baterai jadi padat sehingga mobil bisa berjalan lebih jauh dalam satu kali isi ulang. Tesla sekarang sangat membutuhkan material tersebut lantaran bakal meningkatkan produksi kendaraan secara drastis.
Namun demikian, analis menyebut volume yang dibutuhkan Tesla belum akan membuat para penambang sangat tergoda untuk meningkatkan produksi nikel.
Saat ini, Tesla mengandalkan pasokan baterai nickel-cobalt-manganese (NCM) dari LG Chem di Korea Selatan dan baterai nickel-cobalt-aluminium (NCA). Mereka inilah yang sebenarnya membeli nikel dari perusahaan tambang.
Konsumsi nikel untuk baterai kendaraan listrik diprediksi bakal melonjak sebesar 64% antara tahun 2019 sampai 2025, berdasarkan rise dari perusahaan Wood Mackensie.
Elon Musk menambahkan dia lebih ingin memprioritaskan pertumbuhan Tesla terlebih dahulu ketimbang meraih profit dan fokusnya membuat harga mobilnya lebih murah. "Batasan nyata bagi pertumbuhan Tesla adalah produksi baterai dengan harga terjangkau," cetus dia.
Baca juga: Tesla Akan Bangun Pabrik Raksasa di Texas |
(fyk/fay)
