Mengomentari hal ini, pengamat media sosial (medsos) Enda Nasution berprasangka baik bahwa semua yang datang ke makam almarhum yang berpulang pada 11 September lalu merupakan bentuk cinta dan sayang masyarakat terhadap sosok BJ Habibie.
"Masyarakat Indonesia sayang sekali sama pak Habibie, ngebela-belain datang ke makam, melayat, pasti kan mereka juga berdoa dan sebagainya," kata Enda, dihubungi detikINET, Minggu (15/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dikatakannya, di zaman medsos, dalam kegiatan apapun, termasuk melayat, orang merasa harus memamerkannya ke medsos agar dilihat keluarga atau teman-temannya.
"Kalau pejabat misalnya, kita semua nonton, mereka punya kesempatan untuk mengucapkan belasungkawa. Masyarakat biasa juga pengen kelihatan, minimal di antara keluarga dan temannya sendiri bahwa mereka juga melakukan hal yang sama. Cuma medianya, sebagai orang biasa, dia memanfaatkan medianya sendiri yaitu akun medsosnya, salah satunya lewat selfie," urai Enda.
Dalam situasi semacam inilah para netizen dan masyarakat diharuskan sensitif secara digital. Kepekaan terhadap sekitar ini sama seperti yang kita terapkan dalam dunia nyata, yakni sensitif dengan situasi.
"Walaupun saya yakin niatnya para pelayat itu sebenarnya yang datang ingin mendoakan dan karena didorong rasa sayang terhadap eyang Habibie, tapi karena penuh, bejubel, terus mungkin rebutan, jadi kelihatan tidak sensitif, tidak menghormati, tidak elok," komentarnya.
Enda menyarankan, memang perlu ada antisipasi agar para pelayat yang mengunjungi makam Habibie tidak berperilaku berlebihan, tetap sopan dan tidak merusak.
"Masyarakat secara umum kalau gak ada aturan jadi cenderung seenaknya, jadi memang harus ada orang yang jaga, mengingatkan jangan sampai makamnya terinjak-injak apalagi sampai rusak. Minimal ada semacam instruksi misal dalam bentuk tulisan, semacam silakan selfie tapi hormati makam ini. Saya rasa itu membantu orang mengingatkan agar tidak seenaknya," terang Enda.
Di sisi lain, Enda kembali mengingatkan pentingnya pengguna medsos agar sensitif secara digital. Karena jika tidak demikian, kita bisa dianggap tidak berpendidikan dan kampungan karena menunjukkan perilaku tidak menghormati orang lain.
"Gak salah sebenarnya, selama kita sensitif dengan situasi. Di sisi lain, gak semua harus dishare kok. Ada hal yang gak perlu dishare. Kalau ini saya melihatnya lebih ke kedewasaan. Tahu batasan saja lah, yang berlebihan kan gak baik pastinya. Sewajarnya saja," pesannya.
(rns/rns)