"Pengaruh Mark luar biasa, jauh dibandingkan siapapun di sektor swasta ataupun pemerintahan. Dia mengendalikan 3 platform komunikasi inti, Facebook, Instagram dan WhatsApp, yang digunakan miliaran orang tiap hari," sebut Hughes.
WhatsApp dan Instagram memang terbukti sukses besar dan membuat Facebook perusahaan teknologi dominan di bisnis media sosial. Tapi menurut Hughes, hal itu menciptakan monopoli powerful, merusak inovasi, mengganggu privasi dan jadi platform ujaran kebencian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekuatan Mark tidak terkira dan tidaklah Amerika. Inilah waktunya untuk memecah Facebook," tulis Hughes dalam kolom panjangnya di New York Times.
Ia menyarankan agar regulator memaksa Facebook untuk memecah Instagram dan WhatsApp menjadi bisnis terpisah. Kemudian, Facebook dilarang melakukan akuisisi untuk beberapa tahun.
"Facebook diberi beberapa waktu untuk spin off bisnis Instagram dan WhatsApp dan ketiganya akan menjadi perusahaan-perusahaan sendiri," begitu sarannya.
Hughes berargumentasi bahwa monopoli Facebook di media sosial merusak inovasi dan tidak baik untuk kepentingan masyarakat. Karena posisi dominan Facebook dalam bisnis medsos, investor jadi tidak melirik startup media sosial lain.
"Investor menyadari bahwa jika sebuah perusahaan tumbuh, Facebook akan meniru inovasinya, mematikannya atau mengakuisisinya dengan dana relatif rendah. Tidak ada perusahaan media sosial besar didirikan sejak 2011," tandas Hughes.
Padahal penting bagi pengguna untuk punya alternatif sepadan. Saat terjadi skandal Cambridge Analytica, banyak yang berharap bisa pindah ke media sosial lain tapi tidak banyak pilihan.
"Mereka tidak punya alternatif berarti. Pada akhirnya, orang tidak meninggalkan platform perusahaan tersebut. Kemana memangnya mereka bisa pergi?" tulis Hughes.
Ini Alasan Facebook, Instagram, dan WhatsApp Sempat Down:
(fyk/krs)