Kecerdasan Buatan Pacu Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Hide Ads

Kecerdasan Buatan Pacu Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Josina - detikInet
Kamis, 06 Sep 2018 16:58 WIB
Ilustrasi. Foto: Getty Images/Business Insider
Jakarta - Data terbaru dari McKinsey Global Institute menyebutkan, teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan diperkirakan dapat menyumbangkan 1,2% gross domestic product (GDP) tahunan, bahkan untuk 10 tahun berikutnya.

Dijelaskan McKinsey dalam sebuah laporan yang dikutip detiKINET dari CNBC, Kamis (6/9/2018), teknologi AI dapat memberikan USD 13 triliun untuk pasar ekonomi global pada 2030.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu menempatkan kontribusi AI terhadap pertumbuhan yang setara dengan pengenalan teknologi transformatif lainnya seperti mesin uap.

McKinsey juga memperkirakan sekitar 70% perusahaan akan mengadopsi AI di 2030 dan sebagian besar perusahaan besar akan menggunakan berbagai teknologi di berbagai sektor.

AI sendiri menggunakan data besar dan algoritma untuk meniru perilaku manusia. Dua perekonomian terbesar di dunia, Amerika Serikat dan China, berlomba berinvestasi dalam teknologi.

Teknologi AI Pacu Pertumbuhan Ekonomi DuniaFoto: Thinkstock


Di Beijing misalnya, AI telah menjadi bagian dari rencana lima tahun yang berjalan hingga 2020 dan ingin menjadi pemimpin dalam penggunaan teknologi pada 2030.

"Tanpa AI, China mungkin menghadapi tantangan untuk mencapai tingkat pertumbuhan targetnya," kata Jeongmin Seong, salah satu penulis laporan tersebut dalam wawancara dengan CNBC.

Dia mencatat bahwa produktivitas tenaga kerja di China berada di bawah rata-rata pasar global. Seong juga mengharapkan teknologi AI memiliki dampak signifikan dalam penjualan dan pemasaran sehingga dapat meningkatkan belanja konsumen.

Seong memperkirakan AI akan menghasilkan pengembalian yang signifikan untuk rantai suplai dan bisnis manufaktur.

Laporan McKinsey menjelaskan, AI kemungkinan akan mempengaruhi ekonomi melalui berbagai saluran, termasuk membantu atau menambah tenaga manusia, menggantikannya, memperluas produk dan layanan yang tersedia, meningkatkan aliran data global dan menciptakan kekayaan.

Namun laporan tersebut mencatat, implementasi teknologi AI, kemungkinan akan menimbulkan berbagai biaya restrukturisasi perusahaan dan sosial, serta mengganggu pekerjaan dan mengurangi konsumsi.



"Peningkatan produktivitas, teknologi hemat tenaga kerja merupakan masalah yang menantang bagi semua ekonomi di dunia. Teknologi seperti AI kemungkinan akan menyebabkan ketimpangan pendapatan yang lebih besar," ujar Kepala Ekonomi Jepang di Nomura, Takashi Miwa.

Analisis McKinsey menemukan, negara-negara yang memantapkan diri sebagai pemimpin teknologi AI kebanyakan berasal dari negara maju yang dapat menangkap 20 hingga 25% lebih banyak dalam pemanfaat ekonomi. Negara-negara berkembang mungkin hanya mendapatkan setengah dari itu. (rns/rns)