Hal ini diungkapkan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri. Dia mengharapkan generasi muda jangan terlalu banyak berkecimpung di medsos untuk hal negatif. Pasalnya akhir-akhir ini, medsos seperti Facebook, Twitter, dan lainnya kerap dijadikan wadah untuk berkeluh kesah bahkan caci maki.
"Hidup kita akan diwarnai seperti di medsos saat ini. Isinya keluhan, umpatan, caci maki, jadi sangat tidak produktif," ungkap Hanif di Gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Rabu, (8/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, isu kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pengangguran masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Maka dari itu, kata Hanif, kita perlu menghargai capaian-capaian kecil yang diperoleh dalam proses perjalanan.
"Justru dengan menghargai kemenangan-kemenangan kecil, bisa menurunkan angka kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pengangguran, kita optimistis bergerak maju untuk menata bangsa yang kompetitif di masa mendatang," tambahnya.
Hanif menegaskan, generasi muda harus menjadi perhatian dan prioritas utama. Indonesia saat ini tengah menikmati bonus demografi dengan mayoritas penduduknya dihuni oleh penduduk usia kerja produktif, yaitu 15-64 tahun.
Generasi usia produktif tumbuh pesat hingga 70% dari total penduduk Indonesia. Dengan demikian, anak-anak muda perlu digembleng untuk meningkatkan perekonomian negara.
"Tentunya, bonus demografi itu akan dinikmati apabila kita memberikan perilaku tepat kepada anak muda. Kalau tidak pas maka kita akan menikmati bencana, pengangguran massal, kemiskinan, dan rentetan konflik sosialnya akan muncul," tutupnya. (/rns)











































