Di Mana Kekuatan Riset Indonesia?

Jakarta - Menyiasati berbagai keterbatasan sumber, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) fokus pada sektor-sektor yang dinilai paling kuat.

"Kami melakukan kajian yang melibatkan 282 perguruan tinggi. Kesimpulannya, kekuatan riset kita ada pada bidang kesehatan, obat-obatan, serta teknologi informasi dan komunikasi atau ICT," kata Dirjen Pengembangan Riset Kemenristek Dikti Muhammad Dimyati, di acara Samsung IdeAction, Selasa (28/6/2016) malam.

Disebutkan Dimyati, paling tidak di bidang-bidang tersebut, terlihat bahwa anak-anak muda Indonesia pada posisi yang sangat siap berkompetisi dengan dunia luar.

Dimyati mencontohkan, bagaimana Indonesia dihebohkan dengan aplikasi transportasi seperti Go-Jek. Di bidang kesehatan, ada aplikasi yang memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter secara online, kemudian tanpa bergerak ke mana-mana, obat akan diantar ke rumah.

"Aplikasi ini dikerjakan oleh anak-anak Indonesia. Jadi kita sangat siap berkompetisi. Namun perlu ada pihak yang memulai, siapa yang memantik. Kegiatan Samsung IdeAction ini salah satunya, dan berharap akan berlanjut," sebutnya.

Kompetisi Samsung IdeAction

Belajar dari Korsel

Dalam kesempatan ini, Dimyati memberi semangat kepada peserta Samsung IdeAction dan anak-anak muda Indonesia pada umumnya, untuk meningkatkan daya saing. Apalagi, peringkat Indonesia menurun di tahun ini, sehingga perlu dipacu lebih keras lagi.

"Indonesia yang kategorinya negara besar, daya saingnya relatif masih kalah. Kita tahun ini merosot ke peringkat 37, sebelumnya 34, dari 144 negara," kata Dimyati.

Korea Selatan (Korsel), dikatakannya adalah salah satu contoh yang patut ditiru, terutama dalam semangat membangun serta dan berbagai inovasinya.

"Dibandingkan Korsel, kita bagaikan barat dengan timur. Padahal sejarah kemerdekaannya mereka dengan kita tidak jauh berbeda. Namun semengat mereka dan keseriusan pemerintahnya untuk inovasi, lebih dari 4,2% per GDP, membuat Korsel melaju luar biasa dan dikagumi dunia," paparnya.

Dimyati menambahkan, peran ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pembangunan di Korsel sudah mencapai 60% jika diukur dari produktivitas multifaktor. Sementara Indonesia, baru pada posisi 16,7%.

"Ini jadi pelajaran menarik. Korsel bisa dijadikan benchmark bagi Indonesia untuk suatu saat kita bersama-sama bisa mencapai posisi tersebut, jika kita kerja keras seperti Korsel," yakinnya.

Event kompetisi inovasi seperti Samsung IdeAction menurutnya adalah kesempatan yang baik untuk memotivasi generasi muda. Diharapkan, para juara dari kompetisi ini akan menularkan semangat berinovasi kepada anak muda lainnya. (rns/ash)