"Waktu itu ada dua orang korban meninggal. Dia mau telepon kebakaran gak hafal nomornya. Dia telepon anaknya dulu, baru anaknya telepon ke PMK. Jadi kita terlambat saat kita turun. Saya ngomong, ini gak bisa seperti ini. Saya minta harus ada satu nomor," kata wanita yang akrab disapa Risma ini usai deklarasi FTTH Association Summit di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (27/4/2016).
Menurut Risma, di dashboard mobil pemadam kebakaran akan menunjukan lokasi-lokasi titik air dan rute terdekat. Selain itu, jika terjadi musibah, pelapor melalui ponselnya dapat melaporkan secara spesifik bencana yang terjadi, sehingga Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) bisa mengirimkan sinyal kepada dinas terkait dan dapat dilakukan penanganan secara cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang menarik, pilihan yang dilaporkan warga akan masuk ke petugas di lapangan melalui Handy Talkie (HT) dalam bentuk teks bergerak seperti pada perangkat pager.
"Itu gak ada kalau beli. Anak stafku ngerakit sendiri. Karena kalau yang di lapangan itu kan mulai Dishub, kebersihan, Satpos, Linmas semua pegang HT. Belum tentu dia pegang handphone, karena dia posisi sedang kerja," kata Risma.
Dikatakan Risma, sistem ini sudah berjalan di Surabaya, hanya tinggal menunggu nomor 112 agar bisa digunakan untuk melengkapi sistem Siaga Bencana tersebut.
"Makanya terus-terusan saya minta ke Pak Menteri (Kominfo) nomor itu. Sekarang ini sudah running, tapi nomornya itu belum bisa dipake. Jadi selama ini baru telepon dengan nomor lain. Karena 112 itu kalau gak ada sinyal, SOS, gak ada pulsa, bisa dipake," terang Risma lagi. (rns/ash)











































