'Co-Founder Startup Ibarat Pasangan Hidup'
Hide Ads

'Co-Founder Startup Ibarat Pasangan Hidup'

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 22 Apr 2016 17:22 WIB
Foto: detikINET/Rachmatunnisa
Jakarta - Mendirikan startup perlu kolaborasi dengan orang yang berbeda latar belakang. Tak asal pilih, menemukan co-founder diibaratkan dengan proses mencari pasangan hidup.

"Cari co-founder itu gak main-main. Kaya cari pasangan buat menikah aja. Karena co-founder itu tempat kita nantinya dalam kondisi apapun saling bersandar," kata Co-founder Gandeng Tangan Dhini Hidayati.

Berbagi di acara Femaledev memperingati Hari Kartini di Conclave, Jakarta Selatan pekan ini, Dhini mengatakan, co-founder yang tepat harus punya satu visi dan misi.  

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Find the right partner yang goals-nya, visi misinya sama. Karena nanti dalam perjalanan, semuanya, orang yang tujuannya sama gak akan meninggalkan kita dalam keadaan apapun," sebut Dhini.

Bagi CTO Kerjabilitas Tety Sianipar, mencari co-founder dan membentuk tim startup adalah menemukan mitra kerja yang saling melengkapi.

Karena meski secara konsep sudah matang, seorang founder akan membutuhkan orang lain dengan keahlian tertentu yang tidak dimilikinya. Mitra kerja yang melengkapi akan membantu mewujudkan ide sehingga tak berhenti konsep saja.

"Saya gak sarankan untuk cari yang senilai. Tapi carilah yang saling menghargai nilai. Yang dengan orang itu kalian bisa cerita visi misi kalian apa dan punya semangat yang sama. Selanjutnya, percaya pada kekuatan tim dengan orang yang sudah dipilih untuk mencapai goal," papar Tety.  

Founder sekaligus CEO Reblood Leonika Sari Njoto Boedioetomo mengatakan, salah satu hal yang membuat sebuah startup tidak langgeng antara lain anggota tim yang tidak solid.

"Banyak yang gak survive, timnya gak se-visi. Jadinya baper-baperan (bawa perasaan). Kita harus pilih orang yang sama-sama mau take risk untuk jalanin startup. That's your partner," jelas Leonika.

Ditambahkan kelahiran Surabaya 22 tahun lalu ini, kegagalan juga bisa disebabkan kesalahan lain, yakni karena startup tersebut membuat sesuatu yang tidak menyelesaikan masalah.

"Start dengan kenapa. Cari masalah dan bikin solusinya. Banyak yang mereka kerjakan gak solving problem, cuma ikutan tren yang lagi ramai sekarang apa. Harus I was born for solving problem," pesannya.

Co-founder Ovula Friesca Saputra menambahkan, sebuah tim startup harus diawali dengan niat baik menyelesaikan sebuah masalah melalui karyanya. Sifat tahan banting pun perlu dimiliki agar setiap anggota startup bisa berjalan bersama.  

"Punya niat baik. Kalau udah percaya dengan apa yang mau kita buat, orang mau ngomomg apa pun kita akan tetap jalan, karena ada tujuan yang mau kita capai," tutupnya. (rns/fyk)
Berita Terkait