Bagi yang belum tahu, Lazada didirikan oleh Rocket Internet, sebuah perusahaan internet yang berkantor pusat di Berlin, Jerman. Lazada diketahui berdiri sejak tahun 2011 dan berkantor pusat di Singapura. Wajar saja, Lazada memang menyasar pasar Asia Tenggara.
Website Lazada diluncurkan Maret 2012 dengan model bisnis memiliki barang di gudang sendiri untuk dijual online. Barulah setahun berikutnya, toko pihak ketiga bisa berjualan di Lazada yang sekarang beroperasi di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak investor lalu tertarik menyuntikkan dana ke Lazada. Sebut saja nama besar seperti JP Morgan, retailer Swedia Kinnevik, sampai raksasa retail Inggris Tesco menjadi investor Lazada. November 2014, raksasa telekomunikasi Singapura Temasek Holding juga menyuntikkan dana USD 250 juta.
Hingga akhirnya kiprah Lazada menarik perhatian Alibaba yang ingin terjun di pasar e-commerce Asia Tenggara. Seperti diberitakan, Lazada saat ini telah dikuasai Alibaba yang memberikan dana total USD 1 miliar dan membuat valuasi Lazada bernilai USD 1,5 miliar. Separuh di antaranya untuk membeli mayoritas saham di Lazada.
Rocket Internet sendiri menjual 9,1% saham ke Alibaba senilai USD 137 juta dan kini kepemilikian sahamnya tinggal 8,8%. Sedangkan Tesco menjual 8,6% sahamnya dan saat ini tinggal memiliki 8,3% saham di Lazada.
Sebenarnya, Lazada masih merugi. Tahun 2014, Lazada membukukan revenue USD 154,3 juta, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Namun mereka rugi USD 152,5 juta. Tapi memang misi bisnis startup e-commerce semacam Lazada adalah untuk mengincar laba jangka panjang.
(fyk/rns)