Lee, pemain Go yang telah memenangkan 18 kejuaraan internasional, berhasil bangkit dan mencegah AlphaGo menang terus menerus. Ia pun merasa sangat senang.
"Kemenangan ini sungguh tiada tara dan aku tak akan menukarkannya dengan apapun," kata Lee seusai pertandingan, dikutip detikINET dari Reuters. Pertandingan babak kelima atau terakhir akan dilangsungkan besok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demis Hassabis selaku bos kecerdasan buatan Google menyatakan kekalahan itu akan menjadi pembelajaran berharga untuk pengembangan AlphaGo. "Ini adalah bukti semangat bertanding Lee yang luar biasa dan mampu bermain sangat brilian setelah mengalami 3 kali kekalahan," tutur Hassabis.
Go sendiri adalah board game strategi dengan dua pemain dan berasal dari China 3.000 tahun lalu. Pemain berkompetisi untuk memenangkan lebih banyak teritori dengan menempatkan bidak putih dan hitam. Go lebih kompleks dari catur dengan jauh lebih banyak kemungkinan langkah.
Go populer terutama di China, Jepang dan Korea Selatan. Banyak yang menilai komputer belum akan bisa menaklukkan pemain Go profesional setidaknya sampai satu dekade mendatang. Tapi ternyata AlphaGo mampu melakukannya.
Setelah menang 3 kali berturut turut, pendiri Facebook Mark Zuckerberg sempat memberi ucapan selamat. "Congrats to the Google DeepMind team on this historic milestone in AI research -- a third straight victory over Go grandmaster Lee Sedol. We live in exciting times," tulisnya di Facebook. (fyk/ash)