Menyoal Kecanduan Konten Porno
Hide Ads

Menyoal Kecanduan Konten Porno

Rahma Lillahi Sativa - detikInet
Kamis, 10 Mar 2016 11:16 WIB
Foto: GettyImages
Jakarta - Diakui atau tidak, cukup banyak orang yang mengalami kecanduan terhadap konten porno, baik yang hanya berupa foto ataupun video. Namun apakah kondisi semacam ini sudah bisa dianggap sebagai kecanduan?

Psikolog Gail Saltz, MD menjelaskan, meskipun tidak populer, bukan berarti kecanduan konten porno bisa dikatakan langka.

Justru ia mengatakan bahwa kecanduan konten porno sama halnya dengan kecanduan seks. Bedanya, kecanduan seks membutuhkan partner atau lawan main, sedangkan kecanduan konten porno dapat 'terpuaskan' hanya dengan akses internet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Saltz menegaskan, kecanduan konten porno berbeda dengan kecanduan terhadap obat-obatan atau alkohol yang bersifat fisiologis. "Bentuknya perilaku, jadi Anda tidak akan mengalami gejala withdrawal atau penarikan bila tidak terpuaskan," terangnya seperti dikutip dari Health.com, Kamis (10/3/2016).

Hanya saja sebagian studi membuktikan kecanduan apapun bersumber dari satu hal, yaitu sistem pemberian 'imbalan' di dalam otak. "Makanya seseorang akan kesulitan untuk mencoba menghentikannya," lanjutnya.

Di sisi lain, tidak semua pakar juga sepakat bila kesukaan mengakses konten porno digolongkan sebagai salah satu bentuk kecanduan (addiction). Seperti halnya diutarakan pakar seksualitas dan psikoterapis, Ian Kerner, PhD.

"Saya sangat berhati-hati ketika harus menggunakan kata 'kecanduan' dan 'penyakit', utamanya bila dihadapkan pada perilaku yang di luar kendali," katanya.

Akan tetapi, baik Kerner maupun Saltz sependapat jika kebiasaan untuk mengakses konten pornografi secara obsesif digolongkan sebagai gejala gangguan mental. Kerner mencontohkan, salah satu pasiennya mengalami gejala ansietas ketika kecanduannya pada konten porno mulai muncul.

Biasanya kegiatan ini menjadi salah satu sarana bagi si pasien untuk mengendalikan gejala ansietasnya. "Berarti saya harus mengobati gangguan ansietasnya terlebih dahulu, baru membantunya mengendalikan kebiasaan itu," jelas Kerner.

Saltz mengingatkan, para pecandu konten porno biasanya akan dihadapkan pada persoalan dengan pasangan, bahkan tak jarang sampai berpisah atau bercerai. Menurut Saltz, ini karena si pasien hanya akan terfokus pada pornografi.

"Kondisi ini menciptakan jarak di antara pasangan, dan sulit bagi mereka untuk bertahan karena di mata pasien, pasangan tidak ada apa-apanya dengan apa yang dilihatnya di foto atau video porno," terangnya.

Berhasil tidaknya mereka sembuh dari kecanduan ini juga sangat bergantung pada niat masing-masing. Kadang tidak bisa pulih sepenuhnya, dan sebagian dari mereka yang berhasil biasanya mencoba berbagi pengalaman dengan 'penyintas'. (lll/ash)