Rakuten didirikan di Jepang tahun 1997 oleh sosok bernama Hiroshi Mikitani yang sekarang adalah CEO perusahaan itu. Rakuten dalam bahasa Jepang berarti optimisme. Sejak itu, pertumbuhan Rakuten di Negeri Sakura tak terbendung.
Tahun 2013 misalnya, Rakuten membukukan pendapatan total USD 5,3 miliar. Mereka pun masuk daftar atas perusahaan internet terbesar dari segi pendapatan. Saat ini, Rakuten mempekerjakan lebih dari 11 ribu pegawai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang membedakan bisnis Rakuten dengan kompetitor, kita garis besarnya B2B2C, business to business to consumer. Gampangnya, ini sebuah mall di dunia maya. Ada yang buka toko di mall dan Rakuten sendiri adalah mall," kata Direktur Rakuten Indonesia kala itu, Reino R Barack.
Untuk menarik pengunjung, Rakuten menggaet beberapa merchant. Baik yang hanya ada di Indonesia ataupun merek global seperti Yamaha, Panasonic, Pocari Sweat, dan lain-lain. Pelanggan diberi kemudahan transaksi. Mulai dari online payment internet banking, ATM, hingga cash on delivery (COD) begitu barang sampai di tujuan.
"Mereka bisa bayar di tempat dengan uang cash, debit, atau bahkan credit card. Terserah mereka untuk memilih metode pembayaran yang mana. Nanti petugas kami yang akan membawa mesin EDC-nya untuk menuntaskan transaksinya," jelas Rio Inaba, Presiden Director & CEO Rakuten Indonesia kala itu.
Tahun 2013, Rakuten sudah sempat dirumorkan bakal hengkang dari Indonesia meski akhirnya memilih untuk bertahan. Potensi besar bisnis e-commerce di negeri ini yang belum tergarap sepenuhnya menjadi alasan bagi raksasa internet asal Jepang itu untuk berkomitmen melakukan investasi jangka panjang.
"Bisnis e-commerce di Indonesia bisa tumbuh lebih besar lagi karena sekarang masih seperti bayi. Dan sejauh ini, selama Rakuten dua tahun beroperasi di Indonesia, pertumbuhannya masih sesuai harapan kami," kata Yasunobu Hashimoto, Director PT Rakuten-MNC ketika itu.
Rakuten kemudian terus mengklaim kalau pertumbuhan bisnisnya di Indonesia lumayan bagus. Namun ternyata umur toko online Rakuten di Indonesia tak begitu panjang. Setelah sekitar 5 tahun mencoba pasar Indonesia, mereka telah memutuskan untuk hengkang. (fyk/ash)