Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Duet Srikandi Lombok Meretas Jalan Global

Duet Srikandi Lombok Meretas Jalan Global


Rachmatunnisa - detikInet

Lale Alon Sari (Foto: Rachmatunnisa)
Lombok - Melihat kemiskinan melekat pada kaum perempuan di desa Batu Jai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Lale Alon Sari terketuk hatinya membuat perubahan.

Lale awalnya sering menjadi tempat curhat para perempuan di lingkungannya. Sebagai istri Sekretaris Desa, banyak yang mencarinya untuk tempat mengadu segala permasalahan, mulai dari tindak kekerasan dalam rumah tangga, human traficking, sampai pernikahan dini, Lale menjadi penolong perempuan desa Batu Jai untuk menanganinya.

"Saya juga perempuan, ikut merasakan. Mendengar cerita mereka sangat menyentuh hati. Jadi saya tergerak membantu," kata Lale ditemui di kediamannya.
Lale menyadari, kasus-kasus tersebut berakar dari persoalan ekonomi dan tingkat pendidikan rendah. Ujungnya, persoalan ini, juga turut mengecilkan peran para perempuan. Maka pada 1987, Lale pun turun ke dusun-dusun untuk memotivasi kaum perempuan bersama memberdayakan melalui Aliansi Peduli Perempuan Kembang Komak (AP2K).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama yang harus kita lakukan adalah bagaimana mendampingi untuk memunculkan potensi mereka," kata ibu tiga anak ini.

Aliansi ini kemudian memilih pemberdayaan melalui keterampilan menenun yang telah dikuasai perempuan setempat secara turun-temurun dan membentuk Koperasi Wanita Stagen.

Kerajinan Ketak

Sama seperti Lale, seorang ibu lain bernama Nikmah berupaya memberdayakan perempuan di sekitar lingkungannya dengan mendirikan Koperasi Harapan Bersatu pada 2003. Β 

Jika Lale memilih pemberdayaan melalui keterampilan menenun, Nikmah mengajak perempuan di desa Bakan Daya Kecamatan Janapria, Lombok Tengah, membuat kerajinan anyaman ketak.

Anyaman ketak sebenarnya sudah dikenal dan berkembang mulai dari Lombok Barat, Tengah hingga Lombok Timur dan kini banyak dipasarkan ke berbagai wilayah wisata seperti Bali, yang kemudian merambah hingga ke mancanegara seperti Jerman, Inggris, Prancis dan beberapa negara berkembang lainnya.

Bahan dasar kerajinan ketak adalah tanaman yang disebut ketak, yakni jenis paku-pakuan yang biasanya menjalar pada tanaman induk.

Ketak dapat dianyam kemudian dibentuk menjadi berbagai macam kerajinan tangan seperti perlengkapan makan, tempat tisu, tempat buah, kap lampu, tudung saji bahkan tempat sampah.
Samsung melihat potensi ini untuk dibidik menjadi pilot project program One Village One Product (OVOP). Koperasi Wanita Stagen dan Koperasi Harapan Bersatu pun mendapat keistimewaan dari Samsung berupa bantuan fasilitas peralatan produksi, ketersediaan gadget dan pelatihan bisnis online.

Yang menarik, pemasaran karya kerajinan via online tampaknya menjadi topik yang diminati para anggota koperasi. Pemanfaatan gadget dan media sosial membuka mata mereka akan pasar yang sangat besar.

"Kemarin sudah ada yang pesan lewat Facebook dari Jogja. Lebih banyak juga calon konsumen yang tanya-tanya. Jadi lebih jauh yang pesan," kata Nikmah.
Dia juga menceritakan kemudahan yang didapat setelah mendapatkan pelatihan memotret produk dengan menarik untuk dipajang di media sosial.

"Kalau dulu saya tawarkan jualan kan repot bawa kerajinan ketaknya ke mana-mana. Kemarin sudah dibuatkan katalog online jadi tinggal lihat di tablet, foto-foto produknya di situ," ujar wanita berkerudung ini.

Lale pun sependapat dengan Nikmah. Baginya, menjual karya tenun ikat melalui internet adalah sebuah mimpi yang terwujud.

"Saya bermimpi bisa pasarkan di internet, tenyata sekarang benar terwujud. Sudah tiga bulan ini pemasaran online dimulai," kata Lale. Β 
Ditambahkannya, secara tidak langsung produknya sudah dikenal di luar negeri. Cukup banyak konsumen yang membeli produknya, menjualnya lagi ke luar negeri seperti Jepang dan Korea.

"Jadi ke depan, gimana caranya supaya orang luar negeri bisa langsung tahu dan membeli produk kami langsung lewat internet," harapnya. (rns/ash)
TAGS





Hide Ads
LIVE