Path Indonesia Dikomando Tim Keroyokan

Jakarta - Selepas kepergian William Tunggaldjaja, kursi Country Manager Path Indonesia masih kosong. Meski demikian bukan berarti rantai komando di layanan media sosial itu terhenti begitu saja.

Menurut Managing Director Kakao Indonesia Alex Kim, saat ini seluruh operasional Path dijalankan oleh tim transisi internasional yang meliputi tim gabungan dari perusahaan asal Amerika, Path Inc. dan perusahaan asal Korea Selatan, Kakao Corp.

"Tim transisi akan mengerjakan seluruh operasional Path untuk pengguna global, termasuk di Indonesia," jelasnya saat dikonfirmasi detikINET.

Seperti diketahui, pada akhir Mei 2015, layanan media sosial Path sudah resmi diakusisi Daum Kakao, perusahaan di balik layanan pesan instan Kakao Talk.

Akuisisi ini akan berbentuk dalam akuisisi aset, dimana aset yang diakuisisi oleh Daum Kakao berupa aplikasi jejaring sosial Path dan aplikasi pesan Path Talk.

Isu pemangkasan karyawan sejatinya pernah berhembus saat kesepakatan strategis Path dan Kakao ini terjadi. Kala itu Path Inc. tak secara tegas menjawabnya. Mereka hanya menjelaskan jika mayoritas karyawan Path Inc. akan tetap bertahan dan bekerja untuk pengembangan Kong dan transisi yang dilakukan.

Sebagai bagian dari kesepakatan penjualan, mereka telah membentuk tim transisi yang berisi dari para engineer, product manager dan lainnya untuk bekerja sama dengan Daum Kakao dalam beberapa bulan ke depan. Tim inilah yang akan memastikan bahwa transisi yang dilakukan bakal berjalan lancar, termasuk di Indonesia.

William Tunggaldjaja sendiri hijrah ke startup e-commerce Asmaraku.com yang menjual produk perawatan organ intim cs.

"Setelah lama berkecimpung di e-commerce asing, sekarang saat yang tepat untuk berkontribusi di produk lokal," kata William dalam keterangan persnya.



Pria berkacamata ini menuturkan keputusannya tersebut didorong oleh pesatnya perkembangan e-commerce dan melihat pasar niche yang belum tergarap, salah satunya kebutuhan akan produk romantis.

Dikatakan olehnya William, di masyarakat masih banyak yang malu ataupun takut saat membeli kebutuhan produk romatis melalui toko tradisional. Kondisi ini lalu ditangkap sebagai peluang.

(ash/fyk)