Tak tahu arah saat mudik bukan masalah besar karena kini ada peta digital semacam Google Maps atau Waze. Tapi sepertinya, jangan sepenuhnya mengandalkan teknologi penunjuk jalan ini. Ujung-ujungnya tetap 'permisi mas' alias tanya ke penduduk lokal.
Begitulah kisah yang dialami oleh Tiwi dan suaminya. Seperti diceritakan sebelumnya, Tiwi dan sang suami pulang pergi Jakarta-Magelang mengandalkan Google Maps. Dia menegaskan sudah memasang setting ke tanda mobil.
Google Maps sepertinya mengarahkan ke jalur yang paling sepi dan paling cepat sampai ke tujuan. Karenanya, Tiwi dan suami beberapa kali harus melewati jalan sempit tembus ke pemukiman penduduk. Kadang jalannya sangat sepi tanpa terlihat satupun mobil lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua penduduk yang saya tanyai helpful kok. Mereka pasti mau bantu mengarahkan dan menjelaskan kondisi jalan kayak apa. Saya jadi agak tenang secara psikologis karena merasa nggak sendirian dan tahu jalan yang saya ambil mengarah ke tujuan," papar Tiwi.
Dan terbukti jawaban para penduduk itu tidak menyesatkan. Tiwi dan sang suami sampai dengan selamat di jalan utama dan bergabung dengan romobongan besar pemudik yang beriringan menuju Jakarta untuk kembali bekerja.
Jadi menurut Tiwi, jangan sampai sepenuhnya mengandalkan peta digital dalam perjalanan jauh. "Kalau agak nggak yakin, mending tanya ke penduduk sekitar. Jangan lupa ucapkan terima kasih," katanya.
Dari pengalamannya itu, Tiwi mengambil kesimpulan kalau Google Maps akurat dalam menunjukkan jalan. Tapi bagaimana kondisi jalannya tidak dijelaskan sehingga menuntut kewaspadaan lebih jika ingin mengambil jalan pintas sesuai yang diarahkan.
(fyk/ash)