Ya, sejak kemunculan Facebook, nama Friendster langsung meredup. Banyak pengguna yang pada akhirnya hijrah ke situs besutan Mark Zuckeberg tersebut.
Banyak kenangan terekam di Friendster, mulai dari mengotak-atik tampilan background hingga beberapa pengguna yang mendapatkan jodohnya di situs ini. Mungkin Anda salah satu diantaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Friendster sendiri merupakkan gabungan dari Friend dan Napster. Memang ada kedekatan tersendiri dengan Napster dan pendirinya Sean Parker. Bahkan, Napster juga mempunyai peran penting dalam terbentuknya Friendster.
Kendati mulai diusik oleh Facebook, situs jejaring sosial Friendster tetap saja menarik investor dan mendapat pendanaan USD 20 juta pada tahun 2008. Malahan, karena dianggap sebagai negara potensial, Friendster sempat terbersit untuk mengakuisisi perusahan asal Indonesia.
Dana yang berupa modal ventura itu digunakan juga untuk investasi membangun kantor dan kantor cabang baru serta investasi sumber daya manusia.
Friendster terus berupaya untuk mengembangkan sayapnya lebih lebar lagi. Salah satu caranya dengan membajak petinggi Google.
Adalah Richard Kimber, Managing Director of Sales and Operations for South East Asia di Google yang kini dipercaya menjadi CEO Friendster.
Sayangnya usaha ini tak jua menemui hasil. Karena, toh, Friendster masih berjalan di lorong yang gelap. Sampai akhirnya Friendster dibeli oleh perusahaan Malaysia, namun tetap belum bisa mengembalikan kejayaanya.
Usaha terakhir, Friendster bertransformasi dari jejaring sosial menjadi social gaming. Berbasis di Malaysia, Friendster ingin kembali menjajal peruntungannya dengan menjadi situs jejaring sosial game online. Taglinenya pun berubah menjadi 'Living The Game' dengan tetap mengandalkan logo smiley.
Memang hingga kini, Friendster memang masih bertahan, namun bukan sebagai ajang untuk mengisi 'testimoni' seperti dahulu melainkan membeli game. Walaupun, tetap saja namanya belum setenar sebelumnya.
(tyo/tyo)