Menyadari bahwa penyandang tunarungu masih dianggap minoritas, termasuk dalam kebutuhan teknologi, Prastyawan dan teman-temannya yang tergabung dalam tim Dreambender, tergerak membuat aplikasi kamus terbuka khusus bahasa isyarat bernama Isara.
Memudahkan pembelajaran, berbagai gerakan isyarat pun dikemas dalam bentuk video. Menurut Prastyawan, hanya dengan mengandalkan buku sebagai media pembelajaran, terkadang gerakan isyarat yang ditunjukkan sering salah dipahami sehingga menimbulkan arti yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, para mahasiswa dari Telkom University, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjadjaran ini pun menggandeng organisasi bernama Gerkatin Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), dalam mengumpulkan data bahasa isyarat yang digunakan para tuna rungu.
Fitur game berisi tebakan kosakata yang harus dijawab dengan gerakan tubuh. Pemain akan diminta menirukan gambar di video, kemudian terlihat apakah gerakan tubuh sudah benar atau belum. Salah atau benar, akan muncul notifikasinya.
"Di sini ada fitur ujiannya juga. Ini untuk mengukur seberapa jauh pemahaman kita terhadap bahasa isyarat yang sudah dipelajari," kata Pras sambil mendemokan gerakan isyarat di depan sensor Kinect.
Tak hanya meraih sejumlah penghargaan, Isara disambut positif komunitas tunarungu. Sebagai pengguna, mereka mengaku sangat terbantu oleh aplikasi tersebut. Memuat lebih dari 6.000 kata, Isara sudah digunakan di beberapa SLB dan Yayasan Tuna Rungu di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
Memenangkan ajang Asia Pacific ICT Award 2011, Mandiri Young Technopreneur 2011, dan menjadi 9 besar nasional di Imagine Cup 2014 tak membuat Pras dan timnya berpuas diri. Mereka mengaku akan terus mengembangkan aplikasi ini lebih baik lagi.
(rns/ash)