Medsos Mana yang Paling Jadi Sarang Konten Negatif?
Hide Ads

Medsos Mana yang Paling Jadi Sarang Konten Negatif?

Agus Tri Haryanto - detikInet
Kamis, 08 Jun 2017 12:04 WIB
Foto: Gettyimages
Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melaporkan media sosial (medsos) yang menjadi sarang pelaporan konten negatif dari masyarakat.

Selama 2016, Twitter menjadi medsos yang paling banyak dilaporkan oleh masyarakat dengan jumlah aduan mencapai 3.211. Lalu di urutan kedua ditempati Facebook dan Instagram dengan 1.375 aduan, YouTube dan Google 1.144 aduan, kemudian Telegram yang hanya 2 aduan.

Saksikan video 20detik mengenai Medsos dengan Konten Negatif Terbanyak di sini:


Bergeser ke 2017, Twitter tak lagi menjadi medsos 'berbahaya'. Predikat tersebut sekarang ada di tangan Facebook dan Instagram untuk kurun waktu dari Januari sampai Mei 2017.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total dalam lima bulan ini, Facebook dan Instagram mendapatkan 270 aduan. Untuk posisi berikutnya diduduki oleh YouTube dan Google dengan 74 aduan, yang dibelakangnya berturut-turut ditempati Twitter dengan 49 aduan, Telegram 45 aduan, dan Line dengan 1 aduan.

Laporan aduan ini merupakan kombinasi dari berbagai jenis konten negatif, seperti SARA atau kebencian, pornografi, hoax, penipuan online, hingga soal kasus perjudian.

Medsos Mana yang Paling Jadi Sarang Konten Negatif?sumber: Kominfo


Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Noor Iza mengatakan, pelaporan konten negatif pada tahun ini di medsos cenderung menurun bila dibandingkan dengan tahun lalu.

"Medsos seperti Twitter pada tahun lalu banyak laporannya tapi pada tahun ini lumayan agak menurun. Begitu juga dengan laporan di medsos Facebook dan Instagram yang mengalami penurunan," ujar Noor.

Mengenai penurunan laporan ini, Noor belum bisa memberikan jawaban yang pasti. Namun dikatakan dia, masyarakat sudah mulai cerdas dalam mencerna informasi yang masuk, khususnya yang terdapat di medsos.

"Bahwa masyarakat kalau menemukan ada hoax itu dikatakan tidak men-share lagi, kalau pas awal dulu gak berani mungkin," ucapnya.

(rns/rns)