Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Samsung Akhirnya Kembangkan Baterai Silicon-Carbon, Tapi...

Samsung Akhirnya Kembangkan Baterai Silicon-Carbon, Tapi...


Anggoro Suryo - detikInet

Samsung Galaxy S25 FE
Samsung Galaxy S25 FE. Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET
Jakarta -

Anak usaha Samsung, Samsung SDI, menggandeng produsen mobil KG Mobility untuk mengembangkan baterai generasi baru berbasis sel silinder canggih.

Kerja sama ini diumumkan lewat blog resmi Samsung SDI. Fokus utamanya adalah pengembangan baterai EV menggunakan sel silinder seri 46, yang mengusung katoda NCA berkapasitas tinggi serta anoda Silicon-Carbon (Si-C).

Kombinasi ini diklaim mampu menghadirkan jarak tempuh lebih panjang, performa lebih baik, sekaligus tingkat keamanan yang lebih tinggi untuk mobil listrik, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Sabtu (27/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teknologi Silicon-Carbon menjadi sorotan utama. Dibanding anoda grafit konvensional, material Si-C mampu menyimpan energi jauh lebih besar. Samsung SDI menyebut teknologi ini membantu mengurangi pembengkakan sel dan memperpanjang umur baterai, dua masalah klasik dalam baterai berkapasitas besar.

Tak hanya itu, baterai baru ini juga mengusung desain tabless yang meningkatkan output daya sekaligus mempercepat pengisian. Sistem manajemen termal yang ditingkatkan serta proses manufaktur yang lebih presisi diklaim membuat baterai ini lebih stabil dan andal untuk penggunaan jangka panjang di kendaraan listrik masa depan.

ADVERTISEMENT

Namun di balik kabar positif tersebut, muncul ironi yang cukup disorot oleh pengamat dan pengguna gadget. Samsung dinilai masih enggan mengadopsi teknologi Silicon-Carbon ke lini smartphone Galaxy, termasuk seri flagship mendatang Galaxy S26.

Padahal, baterai Si-C saat ini tengah menjadi perbincangan hangat di industri smartphone. Berbeda dengan baterai lithium-ion konvensional yang mengandalkan grafit, baterai Silicon-Carbon mencampurkan silikon yang secara teoritis mampu menyimpan energi hingga 10 kali lebih banyak. Dampaknya, kapasitas baterai bisa melonjak signifikan tanpa harus membuat bodi ponsel menjadi tebal dan berat.

Beberapa produsen smartphone sudah mulai memanfaatkan teknologi ini untuk menghadirkan baterai berkapasitas besar, bahkan hingga 8.000 mAh, tetap dalam desain yang ramping.

Selain daya tahan yang lebih lama, baterai Si-C juga mendukung pengisian daya lebih cepat serta performa yang lebih stabil di suhu ekstrem, terutama cuaca dingin yang kerap menjadi musuh baterai konvensional.

Harapan agar Samsung ikut mengadopsi teknologi ini cukup besar di kalangan pengguna. Namun bocoran yang beredar justru menyebut Galaxy S26 Ultra masih akan mempertahankan baterai 5.000 mAh, kapasitas yang sama yang digunakan Samsung selama kurang lebih enam tahun terakhir.

Untuk mengimbangi keterbatasan kapasitas tersebut, Samsung dikabarkan akan mengandalkan efisiensi komponen lain. Galaxy S26 Ultra disebut bakal menggunakan panel layar M14 OLED, yang diklaim lebih hemat daya. Meski sempat memicu antusiasme, bocoran terbaru menyebut panel ini tidak akan dimaksimalkan sepenuhnya dari sisi visual.

Samsung disebut lebih memprioritaskan efisiensi daya ketimbang performa layar puncak. Beberapa pembatasan yang dirumorkan antara lain kedalaman warna 8-bit, tingkat kecerahan maksimum sekitar 2.600 nits, serta penggunaan PWM dengan frekuensi rendah. Langkah ini diyakini bertujuan menjaga daya tahan baterai tetap optimal dengan kapasitas yang tidak berubah.

Dengan kondisi tersebut, adopsi baterai Silicon-Carbon di smartphone Galaxy tampaknya masih harus menunggu. Jika tren dan tekanan pasar terus meningkat, bukan tidak mungkin Samsung baru akan membawa teknologi ini ke ponsel pintarnya pada 2027 atau setelahnya.




(asj/hps)







Hide Ads