Lepas dari Huawei, Honor Salip Apple dan Xiaomi di China
Hide Ads

Lepas dari Huawei, Honor Salip Apple dan Xiaomi di China

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Senin, 01 Nov 2021 14:51 WIB
Honor Tab V7 Pro
Ilustrasi produk Honor. Foto: Honor
Jakarta -

Nasib Honor membaik setelah lepas dari Huawei, yang terbukti dari posisinya di China pada Q3 2021 lalu yang menyalip Apple dan Xiaomi.

Menurut Canalys, kini Honor adalah pembuat ponsel dengan market share terbesar ke-3 di China, di bawah Vivo dan Oppo. Mereka mengapalkan 25% ponsel lebih banyak dibanding sebelum lepas dari Huawei.

Posisi Honor ini lebih tinggi dibanding Apple dan Xiaomi yang ada di posisi ke-4 dan ke-5. Market share Honor pada Q3 2021 ini adalah 18%, sementara Xiaomi 14%, dan Apple 11%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pertumbuhan terbesar sebenarnya diraih Apple, yang jumlah pengapalan iPhone-nya naik dari 5,1 juta unit menjadi 8,3 juta unit, atau naik 62%. Honor sendiri jumlah pengapalannya naik 25%, dari 11,3 juta unit menjadi 14,2 juta unit.

Pertumbuhan yang dialami Apple ini terbantu dari jajaran iPhone 13 yang baru dirilis. 1 dari 9 ponsel yang dijual di China antara Juni sampai September lalu adalah iPhone, demikian dikutip detikINET dari GSM Arena, Senin (1/11/2021).

ADVERTISEMENT

Secara keseluruhan, pasar ponsel di China tengah menurun. Pabrikan di luar 5 besar mengalami penurunan lebih dari setengahnya dalam hal pengapalan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penjualan ponsel secara total adalah 78,8 juta unit, turun 5% dibanding Q3 2020.

Ke depannya, Canalys memprediksi kondisi pasar ponsel di China pun belum akan membaik. Masalah utamanya adalah kelangkaan chip dan juga masalah rantai pasokan komponen lain.

Jadi menurut Canalys akan sangat sulit untuk menambah volume penjualan dan pemasukan, dari pasar yang saat ini pun sudah sangat padat.

Namun nasib Honor di Amerika Serikat saat ini pun belum jelas, karena pemerintah AS tengah mempertimbangkan apakah mereka akan memperlakukan Honor seperti Huawei, yaitu dimasukkan dalam daftar hitam.

Jika Honor dimasukkan ke dalam entity list, maka nasibnya akan sama seperti Huawei. Yaitu tak bisa berbisnis dengan perusahaan AS dan juga tak bisa menggunakan bermacam teknologi yang berasal dari AS.

Tekanan untuk memberi perlakuan yang sama terhadap Honor juga datang dari pihak Partai Republik, yang menekan Pemerintahan Joe Biden untuk terus menahan pertumbuhan China sebagai ancaman kompetisi di industri teknologi.

Bahkan anggota Partai Republik, Michael McCaul menyurati Menteri Perdagangan Gina Raimondo untuk meminta Honor dimasukkan ke dalam entity list, karena dianggap sebagai cara Huawei untuk mengakali berbagai sangsi yang dikenakan ke raksasa asal China tersebut.




(asj/fay)