Upaya digitalisasi aksara nusantara kembali menyita perhatian dari badan kebudayaan PBB, yaitu UNESCO. Bahkan, Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) diundang untuk memaparkan program mendigitalisasikan berbagai aksara di Indonesia.
Pandi diminta UNESCO melakukan pemaparan konsep program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Indonesia pada pertengahan November mendatang yang bertempat di Paris, Prancis.
Diketahui, UNESCO akan mengadakan konferensi umum yang diikuti oleh berbagai negara menjelang akhir tahun ini. Kegiatan tersebut berisikan laporan tentang implementasi atau pencapaian yang terkait dengan rekomendasi bidang pendidikan, budaya dan salah satunya adalah terkait rekomendasi bahasa daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ming-Kuok LIM selaku Advisor for Communication and Information UNESCO, agenda tersebut sangat relevan dengan Pandi, yang sedang menggaungkan program digtalisasi aksara nusantara. UNESCO disebut bisa diperkenalkan lebih luas ke dunia internasional lewat konferensi tersebut.
"UNESCO membantu memberikan informasi tentang diskusi dengan Pandi mengenai Bahasa Asli Indonesia (Aksara Nusantara). Dan menanyakan bagaimana kita bisa report ini di Konferensi umum. UNESCO akan mencari cara dan informasi agar Pandi bisa memberikan laporannya secara langsung," ujar Ming dalam keterangannya.
Konferensi Umum UNESCO, mengakui pentingnya mempromosikan multibahasa dan akses yang adil ke informasi dan pengetahuan, terutama di domain publik. Disampaikan Ming, UNESCO akan berperan utama dalam mendorong akses ke informasi untuk multibahasa dan keragaman budaya di jaringan informasi global.
Selain itu, UNESCO akan mengajak negara anggotanya untuk mendukung mereka mengenai pengembangan informasi multikultural.
"Mengadopsi rekomendasi mengenai promosi dan penggunaan multibahasa dan akses universal ke dunia maya. Ada usulan untuk langkah-langkah yang mendorong akses universal dan layanan digital, serta memfasilitasi pelestarian keragaman budaya dan bahasa. UNESCO telah mengirimkan surat kepada Pandi untuk melakukan komunikasi dengan Kominfo mengenai rekomendasi tersebut," tambah Ming.
Dikatakan Ming, Pandi mungkin bisa berkordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) perihal bagaimana cara mereka mengirimkan informasi untuk dilaporkan pada saat Konferensi Umum UNESCO tahun ini.
"Meskipun birokrasi di setiap negara sedikit berbeda, mungkin Pandi dapat berkomunikasi dengan Kominfo mengenai proses yang dilakukan Pandi dalam mempromosikan dan digitalisasi Bahasa Indonesia Asli (Aksara Nusantara) yang harus dilaporkan kembali ke konferensi umum. Ini sangat relevan mengingat Dekade Internasional Bahasa Pribumi (2022-2023) di mulai tahun depan," tutur Ming.
Mengenai rekomendasi tentang promosi dan penggunaan multibahasa serta akses universal ke dunia maya, ada pelaporan rutin oleh negara-negara anggota ke konferensi umum UNESCO mengenai proses implementasi atau pencapaian yang terkait dengan rekomendasi.
Pada kesempatan lain, Alicia Nabilla, staf yg dipercayakan menjadi koordinator penghubung antara Pandi dan UNESCO, mengungkapkan bahwa Pandi telah berkoordinasi dengan pihak Kominfo.
"Sudah mulai dijalin kordinasi antara Pandi dan Menkominfo atas arahan Bapak Semmy A Pangerapan, Dirjen Aplikasi dan Informatika Kominfo, tinggal mengatur agenda pembahasan teknis, sebelum kemudian nanti berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri," terang Alicia.
(agt/agt)