Dengan valuasinya yang menembus USD 1 triliun, Apple jelas mencatatkan rekor sebagai perusahaan pertama di AS yang menembus angka tersebut. Kala itu, tepatnya pada Agustus 2018, nilai saham Apple per lembarnya menyentuh USD 207,04 (Rp 3.003.042).
Baca juga: Sah! Apple Jadi Perusahaan USD 1 Triliun |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan ini mungkin juga berpengaruh terhadap hasil survei Fortune yang kembali mendaulat Apple sebagai perusahaan paling dikagumi selama 2018. Pasalnya survei yang dilakukan terhadap 3.750 orang eksekutif, direktur dan analis itu dilakukan pada bulan Oktober, saat saham Apple sedang tinggi-tingginya.
Namun, Apple lantas merilis laporan keuangan Q4 2018 yang buruk pada November, di mana mereka harus menurunkan ekspektasi penjualan iPhonenya beberapa kali. Seketika itu juga saham Apple mulai merosot, yang membuat valuasi mereka tak lagi menyentuh USD 1 triliun.
Baca juga: Apple Kehilangan Rp 814 Triliun dalam Sehari |
"Mereka mendapat skor bagus tahun ini. Untuk tahun depan, kita harus melihat apa yang terjadi selanjutnya," ujar Douglas Elam dari Fortune kepada kolumnis Forbes John Koetsier.
Menurut Koetsier, posisi puncak sebagai perusahaan paling dikagumi yang sudah ditempati Apple selama 12 tahun berturut-turut bisa saja direbut oleh Amazon, yang selama tiga tahun ke belakang menjadi runner up di penghargaan tersebut.
Jika posisi Apple pada 2019 itu merosot, ini artinya nasib Apple bakal sama seperti Facebook yang posisinya merosot dari 12 ke 44 karena skandal privasi data yang menggerogotinya selama 2018 lalu.
Tentu saja Apple bisa terhindar dari nasib itu seandainya mampu memperbaiki kinerjanya di tahun 2019 ini, termasuk merilis iPhone yang kembali membetot perhatian publik untuk memperbaiki penjualan produk andalan mereka itu.
Bisa, Apple?
Simak juga video 'Apple Diam-diam Obral iPhone SE Lagi':
(asj/krs)