"Amerika Serikat kekurangan buruh dan rantai suplai yang diperlukan Apple untuk operasional iPhone di negara sendiri," sebut Adam Minter, kolumnis di Bloomberg yang dikutip detikINET, Kamis (24/11/2016).
Diketahui bahwa pada tahun 2004, Apple menutup sepenuhnya operasi manufaktur di Amerika Serikat dan memilih China sebagai pusat industrinya. Upah buruh yang rendah dan regulasi minim disebut jadi kelebihan besar China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada yang sebanding di AS, tak peduli apa yang diinginkan presiden. Mobilisasi massa dalam skala itu dan dalam kecepatan itu, belum pernah diupayakan lagi sejak Perang Dunia 2. Dan tidak ada alasan hal itu akan sukses atau diinginkan saat ini, meski Apple ingin mencobanya," tandas dia.
Bahkan CEO Tim Cook sendiri pernah menyatakan China saat ini memiliki lebih banyak tenaga kerja terampil dibanding AS. Di Shenzen saja, ada 240 ribu pegawai Foxconn yang adalah manufaktur kesayangan Apple.
"Konsentrasi besar manufaktur dan skill di satu tempat itu memberi China keunggulan lain. Belum lagi ratusan komponen di iPhone berjarak dekat dari tempat perakitan. Pabriknya mampu mempercepat produksi sesuai keinginan Apple," jelas Adam.
Semua alasan itu membuat Adam yakin tak perlu Apple memindahkan produksi gadgetnya ke Amerika Serikat. "Itu yang memungkinkan orang Amerika membeli beberapa gadget luar biasa dengan harga relatif murah. Semua akan musnah jika Apple dipaksa mengembalikan produksinya ke Amerika. Realitanya, American iPhone sepertinya hanya janji kampanye kosong," pungkasnya.
(fyk/rou)