Hal tersebut dituturkan Mobile Business Group 4P Lenovo Indonesia Anvid Erdian saat media gathering di Labuan Bajo, NTT, Jumat(17/11/2016).
Dijelaskan olehnya, pemenuhan TKDN ponsel Moto sejatinya tidak sulit. Tapi memang butuh waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Lenovo Indonesia juga harus investasi ulang. Sebab teknologi yang dimiliki ponsel Moto berbeda cara pembuatannya.
Secara sistem ketika Lenovo membeli Motorola dari Google, sudah ada sistem yang telah dijalankan. Ketika Lenovo Indonesia ingin membuat produk Moto, mereka harus membuat dengan kualitas dan teknik yang sama.
"Toolingnya beda, butuh server sendiri pula. Ini berbeda sekali dengan Lenovo," kata pria berkacamata itu.
Anvid lanjut memaparkan bahwa sejumlah tools harus diimpor dari luar. Hal ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Sementara servernya sendiri ditempatkan di pabrik perakitan Moto di Serang, Banten. Server ini dibuat terkoneksi dengan server pusat Motorola.
"Entah apa itu, server harus terkoneksi. Ada sistem automasi," terangnya.
Sumber daya manusia pun turut pula disiapkan pihak Lenovo Indonesia. Karena secara sistem berbeda, sehingga dibuat training khusus.
"Orang yang merakitnya harus berlajar lagi karena berbeda tekniknya, itu juga perlu waktu," pungkas Anvid.
Seperti diketahui, ponsel Moto E3 Power telah mengantongi TKDN 20%. Namun Lenovo Indonesia optimis tahun depan pihaknya mampu memenuhi TKDN 30% yang ditetapkan pemerintah pada ponsel 4G. (afr/rou)