Tapi Motorola tidak bergerak sendiri, dalam prakteknya produsen ini menggandeng Lenovo. Motorola akan memanfaatkan fasilitas produksi yang digunakan Lenovo saat ini untuk memproduksi ponsel-ponsel besutannya.
Hal ini tak mengejutkan, karena sebenarnya Motorola sendiri telah menjadi bagian dari Lenovo semenjak akuisisi yang dilakukan perusahaan China ini. Sehingga menggunakan fasilitas produksi yang sama diyakini akan jauh lebih efisien. Apalagi Motorola sendiri juga baru kembali lagi ke pasar Indonesia setelah lama vakum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan akan meningkat sekitar 2-2,5 juta unit per tahun dengan adanya portofolio Motorola," kata Adrie, di ballroom gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Yang menarik lagi, keputusan Motorola melakukan produksi secara lokal menjadikan pabriknya di Indonesia sebagai yang pertama di luar China. Selama ini Motorola kerap mempercayakan produksi perangkatnya di negeri tirai bambu itu.
Adapun sebagai pembuka, adalah Moto E3 Power yang akan didaulat sebagai pembuka pasar. Ponsel ini dipercaya untuk mengincar segmen menengah bawah dengan menyodorkan kelebihannya di sektor daya. Banderolnya sendiri konon akan berada di rentang Rp 1 jutaan.
![]() |
"Industri menyakini produksi diluar pusat produksi massal seperti China memberikan tantangan tersendiri. Kami mencoba mematahkan keyakinan tersebut dengan memulai produksi ponsel Motorola di Indonesia, diawali dengan Moto E3 Power dan akan diikuti oleh seri Moto lainnya," ujar Adrie.
"Dengan produksi Motorola dalam negeri, kami menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar prioritas kami, dan kami percaya pabrikasi Motorola di Indonesia akan memberi keuntungan jangka panjang bagi kami," imbuhnya. (yud/ash)