Makin banyak perusahaan membutuhkan layanan cloud dan data center di tahun 2026 mendatang. Indonet pun optimistis dan menyiapkan banyak strategi.
Sejak beroperasi pada 1994, Indonet (PT Indointernet Tbk) telah berkembang dari sejak awalnya menjadi internet service provider (ISP), kini melayani konektivitas, data center dan VSAT. Direktur Sales dan Marketing Indonet Yudie Haryanto mengatakan pemain data center tiap tahun tumbuh dari lokal dan internasional. Indonesia punya peluang karena Singapura sudah kehabisan tenaga listrik dan pemda di Johor Bahru, Malaysia belum sinkron dengan pemerintah pusat untuk mendukung data center.
"Sekarang ini yang paling besar kebutuhan dari pemain internasional terutama untuk yang hyperscale larinya ke Indonesia," kata Yudie dalam Indonet Media Gathering di Jakarta, Selasa (3/12/2025).
Kawasan untuk pengembangan data center di Indonesia adalah di Batam, Jakarta dan Bekasi. Kawasan lain seperti Surabaya juga mulai berkembang. Jika mengembangkan data center untuk kebutuhan Artificial Intelligence (AI), maka ada potensi untuk melayani konsumen sampai ke Asia Pasifik.
"Kita masih optimistis bahwa untuk tahun 2026 itu, market untuk data center itu masih besar karena kalau kita lihat sekarang tren untuk AI. Bisa dibilang AI yang ada di Indonesia itu nggak cuma melayani untuk Indonesia saja tapi juga untuk regional terutama di Asia Pasifik," kata Yudie.
Untuk data center, Indonet memiliki data center EDGE1 di Jakarta berkapasitas 6MW dan sudah terisi 100%. Ada lagi EDGE2 di Tangerang Selatan berkapasitas 23MW yang sudah terisi 60-70%. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasional Indonet Agus Ariyanto mengatakan untuk EDGE1 dan EDGE2 sudah bisa untuk kebutuhan AI yang mendasar.
"Untuk yang high spec kita masih deploy untuk beberapa data center baru lagi. Nah ini yang mungkin nanti kita akan sampaikan untuk tahun 2026 nanti," kata Agus.
Untuk layanan konektivitas, Indonet menawarkan Network Managed Services untuk layanan internet. Ada pula CloudExchange dengan banyak partner hyperscale seperti Alibaba, Google, AWS, Huawei, BytePlus, Zenlayer dan DCconnect.
Indonet pun terus memperkuat jaringan fiber optik sejak 2024. Mereka sudah terhubung dengan aneka kawasan industri antara lain Deltamas, Jababeka, KIIC, Suryacipta, MM2100 dan JISC dengan 3 jalur kabel termasuk jalur Banjir Kanal Barat (BKB) dan jalur Kalimalang. Total panjang kabel mereka kini mencapai 500 km berkapasitas Nx576 core dengan 100% kabel underground 1,5-2 meter di bawah tanah.
Agus mengatakan 70% konsumen Indonet adalah enterprise manufaktur di kawasan industri dan perbankan. Mereka juga memberikan layanan internet di sejumlah gedung kantor, apartemen dan mal di Jabotabek dan perumahan di Kotabaru Parahyangan, Bandung.
"Kita akan masuk di tahun 2026 ini dengan segmen baru yaitu small medium business (SMB). Jadi 70% dari enterprise dan hyperscaler, 30% dari market SMB karena kita lihat kebutuhan internet sangat menantang. Mereka menaruh semuanya di internet," kata Agus.
Seiring dengan rangkaian strategi bisnis untuk 2026, Indonet juga sekalian melakukan rebranding dengan mengganti logo yang menyerupai kode biner yang membesar yang bermakna tumbuh menjadi besar. Sebelumnya pada 2021, Indonet juga sudah menjadi bagian dari perusahaan internasional Digital Edge yang beroperasi di Asia Pasifik.
"1 bulan lalu kita juga mendapat sertifikat gold untuk green energy," pungkas Agus.
Simak Video "Video: Elon Musk-Jensen Huang akan Bangun Pusat Data AI di Arab Saudi"
(fay/fyk)