Perusahaan skuter listrik, Bird, salah satu startup yang dulu pernah mentereng dan sempat punya valuasi senilai USD 2,5 miliar, mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di pengadilan federal Florida.
Seperti dikutip detikINET dari CNBC, Bird mengatakan pihaknya akan menggunakan proses kebangkrutan tersebut untuk memfasilitasi penjualan asetnya, yang diperkirakan akan selesai dalam waktu 90 hingga 120 hari ke depan.
Skuter listrik Bird dulu disebut-sebut sebagai alternatif ramah lingkungan dibandingkan berkendara dan transportasi umum lainnya. Popularitas mereka sempat meledak sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan tersebut berhasil mengumpulkan pendanaan lebih dari USD 275 juta pada tahun 2019, sehingga meningkatkan valuasinya menjadi USD 2,5 miliar.
Namun setelah banyak pelanggan berhenti berkendara karena terpaksa melakukan lockdown pada tahun 2020 di masa pandemi mencapai puncaknya, Bird mengalami masa-masa sulit. Perusahaan ini go public di tahun 2021, namun harga sahamnya anjlok.
Proses kebangkrutan Bird terjadi setelah New York Stock Exchange menghapuskan pencatatan perusahaan tersebut pada bulan September silam. Bird gagal memenuhi persyaratan bursa setelah tidak mampu mempertahankan kapitalisasi pasarnya di atas USD 15 juta selama 30 hari berturut-turut. Sahamnya diperdagangkan dengan harga kurang dari USD 1 per saham.
Bird menyebut dengan pengajuan kebangkrutan itu, mereka memasuki proses restrukturisasi keuangan yang bertujuan untuk memperkuat neraca keuangan. Perusahaan terus beroperasi seperti biasa dalam mengejar pertumbuhan jangka panjang dan berkelanjutan.
Didirikan pada tahun 2017 oleh mantan eksekutif Lyft dan Uber, Travis Vander Zanden, Bird adalah salah satu dari banyak perusahaan rintisan yang memungkinkan penduduk kota membayar skuter atau sepeda listrik untuk bepergian jarak dekat.
(fyk/fyk)