El Salvador baru-baru ini melegalkan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Tak cuma itu, mereka juga menambang mata uang kripto memakai energi geothermal yang berasal dari gunung berapi. Namun hal itu mencemaskan seorang pakar terkemuka.
Presiden Nayib Bukulele bahkan mengungkap rencana pembangunan kota Bitcoin di negara tersebut, yang akan memanfaatkan energi panas bumi dari gunung berapi.
Kota Bitcoin ini akan dibangun di Provinsi La Union dan memanfaatkan energi thermal dari Gunung Conchagua untuk memberi tenaga ke penambangan Bitcoin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Bukelele menjanjikan kalau kota itu tak cuma dijadikan basis penambangan Bitcoin, melainkan juga dilengkapi semua fasilitas layaknya kota lain.
"Area perumahan, area komersial, layanan publik, museum, hiburan, bar, restoran, bandara, pelabuhan, rel kereta api, dan semuanya yang dikhususkan untuk Bitcoin," ujar presiden berusia 40 tahun itu.
Namun menurut Ricardo Navarro, pakar lingkungan negara itu dan penerima penghargaan bergengsi Goldman Prize, sebaiknya pemerintah El Salvador fokus saja menyediakan listrik yang memadai bagi 6 juta penduduknya yang sering mengalami mati listrik.
Ia pun memperingatkan penggunaan energi gunung berapi untuk penambangan Bitcoin malah akan berdampak buruk. Pasalnya, biaya untuk memanfaatkan energi itu tergolong tinggi.
"Geothermal ongkosnya masih lebih tinggi daripada minyak, jika tidak demikian, tentunya kita sudah banyak memanfaatkannya. Apa yang akhirnya akan terjadi adalah kita justru akan membeli lebih banyak minyak," katanya.
Membangun kota baru dengan Bitcoin di dekat gunung berapi menurutnya juga tidak masuk akal. "Membicarakan tentang pembangunan kota ini di samping gunung berapi itu seperti berpikir kamu kaya hanya karena tinggal di samping bank," katanya mengibaratkan.
(fyk/fay)