Suara deburan ombak terdengar ketika kaki saya menyentuh pasir dekat pantai. Angin berhembus cukup kencang membuat saya merenung. Menghirup angin laut dari balik masker yang saya kenakan sembari menutup mata sejenak.
Pikiran saya melayang, kembali ke masa bangku sekolah. Ketika guru sejarah saya dengan bangga menceritakan kejayaan Indonesia. Negara dengan kekayaan rempah melimpah katanya.
Tapi bukan cuma itu, saya ingat betul beliau menyebut komoditi dagang Nusantara bukan rempah-rempah saja. Ada kapas, gula, kain, kayu dan banyak macam hal lainnya. Lantang diucapkan oleh guru saya bahwa Indonesia lebih dari itu. Kita 'Tanah Surga', tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada banyak kapal bersandar. Bangsa Gujarat dan Portugis berdatangan dengan kapal-kapal mereka yang singgah ke pelabuhan Indonesia.
'Kalau sekarang?'
![]() |
Tiba-tiba saya membuka mata. Melihat aktivitas sekeliling. Ada kapal yang nampak kecil dari kejauhan berseliweran, tapi tidak banyak. Orang lalu lalang memegang smartphone di tangan, sementara saya seakan masih tenggelam di era kejayaan Indonesia yang ingin direnggut VOC dulu.
Pikiran saya semakin melayang dengan sejuta pertanyaan. Saya rogoh smartphone yang ada di saku celana dan segera menghubungi beberapa orang yang mungkin bisa menjawab sedikit rasa kebingungan saya: Seberapa Modern yang Dibutuhkan Pelabuhan Indonesia untuk Kembali Bergelora?
EVP Sekretariat Perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia II (PERSERO) / IPC, Ali Mulyono, mencoba menjelaskan pertanyaan saya, satu per satu. Yang pertama, sudah pasti dibutuhkan teknologi yang makin modern.
"Transformasi digital bagi IPC merupakan suatu keharusan agar dapat beradaptasi, bertahan dan berhasil di lingkungan bisnis yang terus bekembang," kata Ali membuka percakapan.
Untuk itu, pelabuhan Indonesia bermaksud untuk meningkatkan kapabilitas digitalnya yang terdiri atas sejumlah faktor seperti kemampuan dalam menarik talenta digital dan kemampuan dalam menyiapkan tata kelola dan kepemimpinan lintas fungsi.
Soal potensi kerugian yang mungkin timbul jika pelabuhan kita tidak memiliki teknologi komunikasi yang memadai, Ali menyebut dua hal:
1. Mengurangi tingkat competitiveness dari IPC jika dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang telah mengimplementasikan teknologi komunikasi dalam pelayanannya
2. Pelayanan yang kurang efisien dan kurang efektif akan mengurangi tingkat kepuasan pelanggan, yang memiliki potensi dampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Baca Selanjutnya soal Teknologi Apa yang Sudah Ada di Pelabuhan Indonesia? >>
Bicara soal teknologi informasi, IPC memandang pentingnya peran implementasi dan pengembangan teknologi informasi pada pelabuhan. Ini ditujukan untuk efekftivitas dan efisiensi pelayanan dan potensi diversifikasi usaha dalam bidang teknologi informasi.
"Maka pada tahun 2012 IPC bersama dengan PT Telkom mendirikan PT Integrasi Logistk Cipta Solusi (ILCS), suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang solusi teknologi informasi dan komunikasi untuk sektor logistik," jabarnya.
Teknologi disruptif pada Industry 4.0 juga membuka peluang baru bagi IPC dalam meningkatkan efektivitas operasional serta secara terus menerus menyempurnakan dan memperkaya model bisnis Perusahaan.
Kata Ali, IPC berambisi akan turut serta mentransformasikan proses bisnis di dalam sektor logistik dan maritim dengan terus mengeksplorasi peluang yang dihadirkan oleh teknologi.
"Seperti big data, cloud, dan platform terintegrasi. Tujuan IPC adalah memberikan pengalaman tanpa batas (seamless experience) kepada pelanggan berupa kemudahan akses, transparansi harga, serta layanan terintegrasi yang cepat dan hampir mendekati real-time. Oleh karena hal-hal tersebut diatas IPC melakukan transformasi digital," ucapnya menggebu.
Untuk melakukan transformasi digital, IPC berupaya membangun budaya baru dan pola pikir baru yang akan terus mendukung proses perubahan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan bisnis secara berkelanjutan.
![]() |
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam pelayanan dan jasa, dan merupakan bagian strategis dari roda logistik dan ekonomi Indonesia, IPC memiliki berbagai data yang merupakan hasil dari kegiatan bisnis dan operasi. Jadi penting kalau pelabuhan kita memiliki teknologi keamanan dan pengelolaan data yang baik.
Kabar baiknya, IPC mengklaim tengah mengembangkan pengelolaan data dari seluruh ekosistem logistik dengan penerapan Big Data Analytics yang akan memberikan set informasi yang benar-benar baru yang dapat digunakan untuk mendorong efisiensi operasional dan optimalisasi pemanfaatan asset bagi IPC.
"Dengan mendirikan DGO (Data Governance Office) yang terdiri dari report owners, data stewards, data engineers, data scientists, dan spesialis visualisasi data, IPC akan mendorong pemanfaatan data untuk kebutuhan yang lebih luas; seperti pembuatan executive dashboard dan laporan performansi harian IPC dan menjadi Insight Driven Organization," tandasnya.
Akankah kita bisa menjadi sang jawara di air lagi? Kan nenek moyang kita seorang pelaut? Biar waktu yang menentukan sembari pemuda-pemudi berusaha membangun bersama kejayaan pelabuhan kita.