Kasus COVID-19 Naik Lagi, Chip Bakal Makin Langka
Hide Ads

Kasus COVID-19 Naik Lagi, Chip Bakal Makin Langka

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Selasa, 15 Jun 2021 09:15 WIB
Ilustrasi TSMC
Ilustrasi TSMC. Foto: Dok. TSMC
Jakarta -

Peningkatan kasus COVID-19 di beberapa negara Asia diprediksi bakal membuat kelangkaan chip yang terjadi saat ini makin parah.

Dilansir Wall Street Journal, Selasa (15/6/2021), salah satu peningkatan kasus COVID-19 tersebut terjadi di Taiwan, salah satu negara yang menjadi pusat pembuatan chip semikonduktor.

Taiwan Central Epidemic Command Center pada Sabtu lalu menyebutkan adanya 251 kasus baru COVID-19 dengan 26 korban meninggal. Sehari sebelumnya ada 287 kasus baru dengan tingkat kematian mencapai 24 orang. Peningkatan jumlah kasus baru ini terjadi sejak awal Mei lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mulai 10 Mei, infeksi COVID-19 meningkat dari satu digit menjadi tiga digit dalam hitungan hari," tulis South China Morning Post.

Peningkatan kasus ini punya dampak besar ke setidaknya satu perusahaan pembuat chip besar di Taiwan. Perusahaan itu adalah King Yuan Electronics, salah satu perusahaan pengujian chip yang ada di Taiwan.

ADVERTISEMENT

Sejauh ini ada 200 pegawainya yang positif COVID-19, dan 2000 orang pegawainya tengah dikarantina. Dampaknya adalah pemasukan perusahaan itu diperkirakan turun sepertiga untuk bulan ini.

Sementara itu TSMC, pembuat chip untuk Apple, Qualcomm, dan banyak perusahaan besar lain, mengaku belum terdampak akibat peningkatan kasus COVID-19 di Taiwan tersebut. Sebelumnya mereka pernah memprediksi kalau kelangkaan chip ini masih akan terjadi selama 2022 mendatang. Tak diketahui apakah peningkatan kasus Mei ini akan berdampak pada prediksi tersebut.

Selain Taiwan, pabrik chip di Malaysia pun mengalami pelambatan produksi akibat meningkatnya kasus COVID-19 di negara tersebut. Menurut Malaysia Semiconductor Industry Association kalau lockdown akibat peningkatan kasus tersebut akan mengurangi output produksi chip antara 15-40%.

Begitu juga dengan pusat pengiriman di Asia yang terkena dampak dari pandemi COVID-19 ini. Contohnya Yantian, pelabuhan peti kemas di Shenzhen, yang saat ini hanya beroperasi 30% dari kapasitas maksimalnya.




(asj/afr)