HP Raih US$ 28 Juta dari Pasar Storage
Jumat, 17 Mar 2006 10:13 WIB

Jakarta - Hewlett Packard Indonesia meraih pendapatan sebesar US$ 28 juta untuk penjualan produk media penyimpan (storage) sepanjang 2005, dari besaran pasar US$ 48 juta. Director Network Storage Solutions and Customer Solution Group Firmansyah mengatakan besaran pasar (market size) dari produk storage pada 2005 mencapai US$ 48 juta. Menurutnya, bila ditambah dengan pasar solusi dan layanan untuk memaksimalkan peran dari media penyimpan itu, maka total pasar keseluruhan mencapai US$ 60 juta."Dari besarnya pasar itu, HP raih pendapatan untuk produk storage sebesar US$ 28 juta. Dan untuk services and solution-nya, sekitar 20 persen dari hasil penjualan produk storage (20% dari US$ 28 juta-red)," kata Firman kepada detikINET. "Untuk 2006 ini, kami mengharapkan pemasukan dari sektor itu tumbuh 4-7 persen dari ILM," tambahnya.Sebelumnya, HP meluncurkan konsep gabungan antara media penyimpan dan solusi serta services yang tepat demi memaksimalkan fungsi dari peranti tersebut bagi kepentingan bisnis, yang disebut Information Lifecycle Management (ILM).Menurut dia, pangsa pasar untuk ILM dipengaruhi oleh service dan solusi sebesar 80 persen. Sisanya, 20 persen, berhubungan dengan produk media penyimpan. Dia juga memprediksi pasar dari ILM bisa meningkat lebih dari sebesar US$ 60 juta pada 2006 ini.HP juga sedang mengincar perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perbankan dan telekomunikasi. Seperti dikatakan Firman, HP sedang menjajaki penggunaan produk dan solusi layanannya dengan Telkomsel, serta Bank Indonesia untuk solusi Resouce Management.Pentingnya Pengelolaan DataKonsep dari ILM dihadirkan karena melihat pengelolaan data saat ini cenderung menuju pada era di mana pengguna tidak merasa perlu mengetahui di mana data ditempatkan dan kadang kesulitan menemukan data itu kembali karena derasnya data yang masuk ke dalam suatu perusahaan. Namun, di satu sisi, mereka menginginkan data itu harus tersedia kapan pun dan di mana pun saat mereka membutuhkannya.Presiden Direktur HP Indonesia Elisa Lumbantoruan mengatakan kumpulan data yang berfungsi sebagai informasi perusahaan, merupakan aset yang seharusnya dikelola, namun seringkali terabaikan. "Digital aset itu yang seharusnya dikelola. Karena informasi merupakan aset perusahaan itu sendiri," katanya.Menurutnya, sebuah perusahaan sudah seharusnya berlaku bijak dalam memilah data sesuai kepentingan bisnis dan relevansinya. "Informasi apa saja yang harus disimpan, sampai berapa lama, dan seberapa pentingnya untuk kepentingan bisnis," tambahnya. Tentunya, data untuk perusahaan seperti bank, Rumah Sakit, serta media, harus diperlakukan berbeda.Belum lagi bila perusahaan itu harus berurusan dengan regulasi yang berbeda di setiap negara, seperti Sarbanes Oaxley Act (SOA), atau Basel II. Oleh sebab itu, menurut Director Storage Solution HP untuk kawasan ASEAN Bernard Chitty, data perlu disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.Ada beberapa karakter sifat dari data itu beserta kegunaannya. Menurutnya, data itu harus bisa diandalkan, ada saat dibutuhkan, sebagai bukti bila diperlukan, dapat digunakan kembali (daur ulang), untuk referensi ke depan. "Data bisa jadi sangat kritis untuk menjalankan bisnis," ujarnya.Menurut Chitty, berdasarkan sebuah studi, kebutuhan data untuk operasional tiap tahunnya rata-rata meningkat sebesar 61 persen lebih. Sedangkan kebutuhan data untuk referensi bisnis naik drastis sebesar 92 persen pertahun. "Oleh sebab itu, tempatkanlah data pada media penyimpan yang tepat dan dengan harga yang tepat," imbuhnya.Sedangkan Product Marketing Manager HP Andreas Schmid mengatakan perlu adanya perhatian lebih pada pengarsipan data, karena perbedaan regulasi di tiap negara. "Kalau kita ingin masuk ke dalam suatu pasar bisnis di suatu negara, tentunya kita harus menyesuaikan dengan regulasi yang digelar disana," kata Schmid.Lagipula, menurutnya, derasnya data bisa datang dari kiriman surat elektronik atau e-mail. Namun sayangnya, menurut dia, penyimpanan e-mail seringkali tidak terstruktur dengan baik."Bisa jadi ada jutaan e-mail yang masuk bagi perusahaan multinasional. Dan tentunya membutuhkan media penyimpan yang sangat besar. Belum lagi kesulitan perusahaan itu untuk memilahnya, mana yang harus disimpan, mana yang seharusnya langsung dibuang, itu sangat menyita waktu, biaya, dan resources perusahaan," jelasnya. (rou)
(wicak/)