Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) makin banyak diterapkan di berbagai bidang untuk membantu tugas-tugas manusia, baik yang ringan maupun yang berat. Bahkan belakangan dikhawatirkan algoritma AI bisa dipakai perusahaan untuk menentukan siapa karyawan yang promosi atau dipecat.
Hal itu menjadi kecemasan di Inggris, di mana Lembaga Trades Union Congress (TUC) menyebut penggunaan AI di kantor adalah pisau bermata dua. Di satu sisi manfaat kecerdasan buatan memang besar akan tetapi demikian juga dengan risiko yang mungkin ditimbulkan.
"AI di pekerjaan bisa dipakai untuk meningkatkan produktivitas. Namun juga sudah dimanfaatkan untuk membuat keputusan yang mengubah hidup orang, seperti siapa yang direkrut dan dipecat," kata sekjen TUC, Frances O'Grady.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip detikINET dari BBC, Senin (29/3/2021), mereka menyarankan keputusan yang berisiko tinggi sebaiknya terus dilakukan oleh manusia. Jika tidak, maka rentan terjadi diskriminasi atau keputusan yang tidak tepat.
Beberapa perusahaan sudah menerapkan kecerdasan buatan untuk membantu pekerjaan. Uber misalnya menugaskan pengemudi secara otomatis dengan algoritma komputer. Sedangkan Amazon mengawasi pekerja di gudang dengannya.
Bahkan beberapa perusahaan sudah menggunakan sistem otomatis tanpa campur tangan manusia dalam tahap pertama perekrutan karyawan. Dengan AI, kandidat yang dianggap tidak cocok langsung disingkirkan.
Nah, seiring AI semakin canggih, dikhawatirkan teknologi ini akan semakin dipercaya untuk melakukan keputusan besar. Misalnya menganalisis performa karyawan untuk menentukan siapa yang akan promosi jabatan atau sebaliknya, siapa yang bakal diberhentikan. Untuk itu, perlu aturan yang jelas untuk mengimbangi kemajuan kecerdasan buatan yang kian tak terbendung.
(fyk/rns)