TikTok Mau Dibeli Microsoft, Media China Sebut Amerika Pencuri
Hide Ads

TikTok Mau Dibeli Microsoft, Media China Sebut Amerika Pencuri

Virgina Maulita Putri - detikInet
Rabu, 05 Agu 2020 12:28 WIB
TikTok
TikTok Mau Dibeli Microsoft, Media China Sebut AS Pencuri (Foto: Unsplash/Kon Karampelas)
Jakarta -

Beberapa media China mengkritik rencana Microsoft untuk membeli bisnis TikTok di Amerika Serikat. Bahkan salah satu media menyebut rencana ini sebagai tindakan pencurian.

China Daily yang merupakan media nasional China dalam editorialnya mengatakan bahwa hal ini sama saja dengan mendorong perusahaan AS untuk mencuri teknologi China. Mereka juga mengatakan bahwa China siap membalas tindakan tersebut.

"Tapi China tidak akan menerima 'pencurian' perusahaan teknologi China, dan ia memiliki banyak cara untuk merespons jika pemerintah melakukan pengancuran dan perebutan yang direncanakan," tulis China Daily seperti dikutip detikINET dari CNBC, Rabu (5/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui sebelumnya, Microsoft mengumumkan rencananya untuk membeli bisnis TikTok di AS, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Presiden Donald Trump sudah memberikan restunya dan Microsoft diberikan waktu selama 45 hari untuk menyelesaikan negosiasi.

Trump juga menagih jatah pemerintah AS atas pembelian TikTok oleh Microsoft. Jika tidak, maka Trump akan melarang aplikasi video itu beroperasi di AS pada 15 September.

ADVERTISEMENT

Menanggapi komentar Trump soal jatah dari pembelian TikTok, pemimpin redaksi Global Times, Hu Xijin, mengatakan bahwa Presiden Trump mengubah Amerika yang besar menjadi negara nakal.

"Ini adalah pencurian buka-bukaan. Dunia melihat dan Tuhan melihat bagaimana Presiden Trump mengubah Amerika yang dulunya kuat menjadi negara nakal," tulis Hu dalam cuitan di akun Twitter miliknya.

Global Times yang merupakan corong dari Partai Komunis China juga menerbitkan artikel yang mengatakan AS ingin melarang TikTok karena melihatnya sebagai ancaman terhadap perusahaan teknologi AS.

Artikel ini juga menyinggung kebijakan AS yang melarang perusahaan telekomunikasi asal China seperti Huawei.

"Perusahaan-perusahaan ini membawa rasa krisis bagi para elit AS, yang menunjukkan bahwa perusahaan top China memiliki kemampuan untuk bergerak ke garis depan dunia di sektor teknologi," tulis artikel tersebut.




(vmp/fay)