Saat berbincang dengan detikINET, CEO PT Sat Nusapersada Abidin Hasibuan sebenarnya enggan blak-blakan soal nama merek tablet dan notebook yang akan dibuat. Tapi indikasinya sangat kuat mengarah pada perangkat milik Apple.
"Ada laptop dan tablet. Saya tidak bisa sebutkan mereknya, tapi kami mulai Juni. Brand dan importnya ke Amerika Serikat," ujar Abidin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lama ini dikabarkan Pegatron berinvestasi senilai USD 300 juta atau Rp 4,3 triliun (kurs USD 1 = Rp 14.458) di pabrik Indonesia. Kabar tersebut diperkuat dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pastikan Pegatron akan buka pabrik di Indonesia. Mereka akan mengalihkan sebagian produksinya dari Cina ke Indonesia.
Soal ini, Abidin sempat bercerita bagaimana Pegatron akhirnya memilih Indonesia. Ternyata tidak terlepas dari "rayuan" yang dilakukannya.
Pegatron berencana membuka pabrik di luar China. Mereka sempat melirik Vietnam. Menyadari itu, Abidin ambil langkah seribu untuk mengundang Pegatron ke Batam guna menyakinkan mereka agar membuka pabriknya di Indonesia saja.
![]() |
"Rencananya mereka ingin ke Vietnam. Tapi saya coba tarik ke Batam. Saya undang mereka ke sini, saya bawa ke sejumlah kawasan di sini. Supaya mereka yakin untuk masuk ke Indonesia. Akhirnya mereka invetasi ke Batam," cerita Abidin.
Saat ini Pegatron tengah merenovasi dua barik di Batam untuk dijadikan fasilitas produksi mereka. Sat Nusa ikut ambil bagian dalam proses kontraktoirnya.
"Lantaran produksi Pegatron cukup banyak dan besar, nantinya line produksinya akan digaram di Sat Nusa. Finising juga di Sat Nusa," terang Abdin.
Indonesia Lebih Produktif
Bos Sat Nusapersada sempat mengungkap satu jurusnya saat merayu Pegatron. Dia menyakinkan soal produktivitas Indonesia yang lebih baik dari China.
"Indonesia 180% lebih baik dari China. Di China itu turn overnya sangat tinggi. Sementara di Indonesia cuma 2%. Jadi produktivitas lebuh baik," terang Abidin.
Indonesia juga dinilainya lebih unggul dari Vietnam. Lantran investasi yang egitu cepat masuk, saat ini Vietnam mulai menghadapi masalahkekurangan tenaga kerja ahli. Dan ini bukan suatu berita yang baik bagi investor.
"Bisa jadi bencana, karena kekurangan tenaga ahli akan menjadi rebutan. Indonesia masih oke, investasi sama, pendidikan juga. Pemerintah memprogramkan tahun depan larinya ke pendidikan, itu jalan paling betul. SDM kita harus siap," papar Abdin.
"Jadi investasi terlalu cepat ke suatu negara itu berbahaya, tapi tidak ada investasi juga berbahaya," pungkasnya.
(afr/krs)