LSP Telematika Dikhawatirkan Jadi 'Calo Sertifikat'
Rabu, 28 Sep 2005 14:56 WIB

Jakarta - Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Telematika yang dipercaya untuk melakukan sertifikasi kompetensi sektor operator dan programmer komputer, dikawatirkan melakukan penyimpangan menjadi 'Calo Sertifikat' layaknya sertifikat palsu yang sebelumnya banyak beredar di kalangan pejabat teras.Hal itu diungkapkan Hidayat Tjokrodjojo, Ketua LSP Telematika. Ia mengaku sempat mengkhawatirkan ajang sertifikasi ini jadi ajang untuk 'calo sertifikat'. "Jangan sampai lembaga ini jadi ajang untuk menjual sertifikat. Asal ada duit bisa dapat sertifikat," ujar Hidayat seusai acara peluncuran Lembaga Sertifikasi Profesi Telematika di Hotel Intercontinental Jakarta, Rabu (28/9/2005). Menjawab kekhawatiran itu, A.M. Natsir Amal, Direktur Standarisasi dan Audit Telematika, Depkominfo, berjanji akan mengadakan audit di tiap daerah oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ditunjuk langsung oleh Depkominfo. "Hal itu demi untuk menjaga kredibilitas sertifikat tersebut agar tidak disalahgunakan," ujar Natsir. General Manager LSP Telematika Hendry Widjaya mengatakan, sertifikasi ini juga bertujuan agar SDM di Indonesia terfokus pada satu profesi. "Karena tidak certified dan tidak well paid pekerja TI di Indonesia lebih memilih melanjutkan karirnya ke level manajerial bisnis. Hal itu menyebabkan putusnya technical ladder ICT di Indonesia," kata Hendry.Selain itu untuk standar kompetensi, LSP Telematika juga didukung oleh para pakar, pelaku usaha industri, serta lembaga pendidikan dan pelatihan. Mereka antara lain Aspiluki, Mastel, APJII, Depkominfo, Depdiknas, Depnakertrans, Deperindag, BPPT, BPS, dan ITB. Sedangkan dari pihak komersial ada Telkom, Microsoft Indonesia, IBM Indonesia, Sun Microsystem Indonesia, Inixindo dan Oracle. Dan untuk pembuatan soal didukung oleh Informatics, ExecuTrain Nusantara Jaya, dan Inixindo.Sertifikasi SDM Masih MinimNatsir mengungkapkan, 57 persen dari 90 juta tenaga kerja di Indonesia belum tersertifikasi. Menurut Natsir, kondisi SDM Indonesia memang sangat memprihatinkan. Hal ini, lanjutnya, bisa dilihat dari rendahnya ranking Human Development Index 2003 yang memposisikan Indonesia di peringkat 112 dari 175 negara di dunia. "Di ASEAN saja, Indonesia hanya menempati peringkat 7. Kondisi ini jadi tantangan kita," ujarnya. Untuk melaksanakan tugasnya, LSP Telematika telah menetapkan tempat uji kompetensi (TUK). Saat ini sudah ada 7 TUK yang tersebar di kota besar di Indonesia dan menyusul 32 calon TUK baru. LSP Telematika menggandeng PT Automated Testing Indonesia (ATI) sebagai mitra untuk menyediakan test engine ujian sertifikasi. ATI adalah pemegang lisensi Automated Testing Software (ATS) di Indonesia. Aplikasi itu merupakan hasil pengembangan National Computing Center (NCC) Education asal Manchester, Inggris. Di Indonesia, ujian sertifikasi dibagi menjadi dua pilihan bahasa, yakni Indonesia dan Inggris.Keterangan Foto: Hidayat Tjokrodjojo, Ketua LSP Telematika, sedang menerima ucapan selamat dari A.M. Natsir Amal, Direktur Standarisasi dan Audit Telematika, Depkominfo.
(rouzni/)