.webp)
"Saya kira (prospek bisnis video on-demand) akan sangat tinggi, karena beberapa hal yang menjadi kendala pada waktu yang lalu, pertama akses jaringan, sekarang semakin baik kan. Kedua, supply konten. Mungkin Anda lihat film Indonesia 5 tahun terakhir produksi, sama seperti 90 tahun terakhir. Jadi supplynya makin banyak," ujar Guntur di Jakarta belum lama ini.
Sejak diluncurkannya Hooq di wilayah ASEAN, Guntur menyebut pasar terbesar berada di Indonesia. Ia menilai, masyarakat Indonesia memang paling senang mengisi waktu luangnya untuk nonton video. Selain itu pertumbuhan pengguna smartphone juga turut mendongkrak populasi pelanggan video.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk Hooq, kita sudah luncurkan di negara ASEAN, ditambah India. Dan dari semua yang kita luncurkan, itu 60-70% traffic itu ada di Indonesia. Jadi perilaku video Hooq dibanding negara lain, memang Indonesia paling besar," ujarnya.
Demi menggaet lebih banyak pelanggan, baru-baru ini Hooq pun melakukan kerja sama dengan Grab Indonesia. Melalui kemitraan ini, Hooq dapat menyasar pasar yang sudah ada dari pangsa pasar Grab di wilayah ASEAN.
"Kemudian paling penting, kemitraan kita semakin terbuka luas seperti aplikasi Grab. Saya yakin melalui terbukanya akses Hooq lewat Grab itu hasilnya akan luar biasa," pungkasnya.
Sebagai informasi, layanan Hooq baru tersedia untuk pelanggan Grab kategori Platinum. Mereka bisa menonton film secara gratis untuk 3 bulan pertama. Selanjutnya akan ada paket langganan Rp 100 ribu untuk masa berlaku 90 hari. Pelanggan Grab pun bisa langsung menonton Hooq dari aplikasinya.
Simak juga video 'Tren Streaming Video, Grab Gandeng HOOQ Hadirkan Fitur Baru':
(prf/krs)
